Rasio C-Efficiency PPN: Mengapa Indonesia Belum Bisa Optimal?

Rasio C-Efficiency PPN: Mengapa Indonesia Belum Bisa Optimal?

Pelatihan Pajak – Rasio efisiensi atau biasa disebut C-efficiency adalah statistik yang digunakan untuk menentukan seberapa efektif sistem pemungutan pajak suatu negara. Menurut Bank Dunia, C-efficiency menilai rasio antara pajak yang dipungut dengan pajak yang dapat dipungut jika tarif standar Pajak Pertambahan Nilai (PPN) diterapkan pada semua konsumsi akhir dalam negeri. Berita dan informasi perpajakan seperti ini pastinya penting diketahui bagi Anda yang ingin terjun ke dunia kerja perpajakan. Selain itu, mengikuti pelatihan pajak termasuk sebagai salah satu upaya terbaik yang bisa dilakukan. Sebab, pelatihan pajak akan membantu Anda untuk menguasai seluruh materi perundang-undangan pajak.

Memahami Rasio Efisiensi-C PPN

Pada dasarnya, rasio efisiensi PPN merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melakukan penilaian pada kinerja efisiensi PPN, yang cukup berbeda dari indikator lain seperti rasio PPN dan rasio efisiensi PPN. Tidak seperti rasio efisiensi, rasio efisiensi PPN C hanya menganalisis komponen konsumsi dalam PDB, bukan PDB secara keseluruhan. Pendekatan ini memungkinkan indikator ini untuk menampilkan seluruh potensi penerimaan PPN. Mengutip riset The Evolution of Potential VAT Revenues and C-Efficiency in Advanced Economies dari International Monetary Fund (IMF), rasio efisiensi PPN ditentukan dengan rumus V/PVT, di mana V adalah penerimaan pajak pertambahan nilai yang direalisasikan dan PVT adalah penerimaan pajak ini secara teori. PVT dapat dihitung dengan rumus τS x (FC-V), di mana τS adalah tarif PPN (tarif standar) dan FC adalah konsumsi akhir dari suatu periode waktu.

Rasio C-Efficiency PPN terbagi menjadi 2, yakni kesenjangan kepatuhan dan kesenjangan kebijakan. Kesenjangan kepatuhan dalam konteks ini adalah perbedaan antara penerimaan PPN prospektif berdasarkan peraturan yang diterapkan dengan kepatuhan penuh (PVC) dan penerimaan PPN aktual (V). Rasio ini dipergunakan sebagai pengukuran efektivitas manajemen penerimaan dan kepatuhan wajib pajak. Sedangkan kesenjangan kebijakan adalah perbedaan antara pendapatan PPN teoritis di bawah sistem PPN tarif tunggal untuk semua konsumsi akhir (PVT) dan PVC, yang menunjukkan dampak dari pilihan kebijakan pajak seperti tarif variabel dan pengecualian.

Indikator Lain dalam Mengukur Kinerja PPN

Selain rasio PPN, rasio efisiensi PPN, dan rasio efisiensi-C, terdapat dua indikator lain yang dapat digunakan, yaitu rasio pemungutan bruto pajak pertambahan nilai (PPN) yang memperhitungkan PDB yang dihasilkan dari konsumsi rumah tangga sebagai basis PPN. Potensi penerimaan PPN didasarkan pada estimasi dari indikator ekonomi yang lebih rinci, seperti survei rumah tangga dan tabel IO. Kedua indikator ini dianggap lebih tepat namun memiliki keterbatasan dalam praktiknya, terutama dalam hal ketersediaan data dan sulitnya melakukan estimasi yang akurat.

Baca Juga: Mengapa Tiket Konser Indonesia Lebih Mahal Dibandingkan Negara Lain? Benarkah Karena Pajak?

Kesenjangan PPN juga sangat bergantung pada data penelitian dan juga model yang digunakan, oleh karena itu evaluasi kinerja PPN jarang sekali menggunakan pengumpulan PPN bruto maupun kesenjangan PPN. Studi perbandingan yang berkembang cenderung menggunakan rasio efisiensi-C. Oleh karena itu, rasio efisiensi-C dianggap sebagai indikator yang paling kredibel dan realistis.

Pendapat Bank Dunia tentang C-Efficiency Indonesia

Bank Dunia telah menyoroti bahwa rasio C-Efficiency PPN Indonesia termasuk sebagai yang rendah, yaitu 0,53. Hal ini merupakan sebuah bukti nyata bahwa Indonesia berada di bawah rata-rata berbagai negara terdapat kawasan ini. Angka ini menunjukkan bahwa sistem pemungutan pajak di Indonesia belum ideal dan masih memiliki potensi yang sangat besar untuk ditingkatkan. Di seluruh dunia, rasio C-efficiency yang optimal adalah 1, yang mengimplikasikan bahwa sebuah negara dapat mengumpulkan pajak pada kapasitas terbesarnya dengan tarif standar yang digunakan.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti pelatihan pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti pelatihan pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Tags: No tags

Comments are closed.