Tax Litigation: Strategi Menghadapi Sengketa Pajak dengan Bantuan Konsultan

Tax Litigation: Strategi Menghadapi Sengketa Pajak dengan Bantuan Konsultan

Dalam dunia perpajakan, terutama bagi para profesional pajak yang telah memiliki brevet pajak, penting untuk memahami berbagai bentuk penyelesaian sengketa pajak. Tax Litigation adalah proses penyelesaian yang dilakukan oleh pengadilan. Dalam konteks ini, sengketa pajak muncul ketika ada ketidaksepakatan antara wajib pajak dan otoritas pajak mengenai interpretasi atau penerapan aturan pajak. Perselisihan ini dapat mencakup masalah seperti perselisihan tarif pajak, premi asuransi, atau dokumen penilaian asuransi.

Proses litigasi perpajakan biasanya dimulai setelah wajib pajak menerima keberatan atau banding terhadap keputusan perpajakan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Apabila keberatan ditolak atau tidak memuaskan, wajib pajak dapat melanjutkan perselisihan melalui Pengadilan Pajak.

Tahapan Tax Litigation

Bagi Anda yang merupakan wajib pajak, memahami tahapan-tahapan litigasi pajak mungkin akan sangat berguna. Proses litigasi pajak biasanya terdiri dari beberapa tahap:

Resistensi Pajak

Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan kepada Direktorat Pusat Perpajakan terhadap formulir ketetapan pajak yang dianggap tidak sesuai. Pembatasan ini harus dilakukan dalam jangka waktu tertentu dan harus didukung oleh dokumentasi yang sesuai.

Banding ke Pengadilan Pajak

Jika keberatan dikabulkan, atau jika wajib pajak merasa dirugikan oleh keputusan persetujuan, langkah selanjutnya adalah mengajukan banding ke Pengadilan Pajak. Proses banding memerlukan argumen hukum yang kuat dan dokumentasi pendukung.

Mahkamah Agung (MA)

Apabila putusan Pengadilan Pajak dianggap tidak benar, wajib pajak dapat mengajukan banding ke Mahkamah Agung. Namun, kasasi dapat diperintahkan jika terjadi kesalahan dalam penerapan hukum atau penyalahgunaan wewenang dalam proses sebelumnya.

Pentingnya Mempelajari Transaksi Pajak

Litigasi pajak penting tidak hanya bagi wajib pajak tetapi juga bagi penasihat pajak yang telah mengikuti pelatihan brevet pajak. Pemahaman mendalam tentang peraturan perpajakan, doktrin hukum, dan yurisprudensi dalam litigasi sangat penting untuk mengembangkan argumen yang kuat.

Keterampilan dalam menyelidiki, mengumpulkan bukti, dan menyajikan kasus kepada juri menentukan hasil akhir. Oleh karena itu, banyak penasihat pajak memperbarui pengetahuan mereka dengan kursus dan sertifikasi brevet pajak untuk membuat sengketa pajak lebih kredibel.

Baca Juga: Tantangan Perpajakan dalam Ekonomi Berbagi: Solusi bagi Pengemudi Ride Sharing di Indonesia

Peran Konsultan Pajak dalam Litigasi Pajak

Konsultan pajak memainkan peran penting dalam sengketa pajak sebagai sahabat atau perwakilan hukum bagi pembayar pajak. Mereka bertanggung jawab untuk:

  • Siapkan dokumentasi dan argumen yang kuat.
  • Patuh terhadap pembayar pajak selama proses litigasi.
  • Memberikan pendapat hukum tentang langkah-langkah yang harus diambil.

Seorang penasihat pajak dengan brevet pajak Level A, B, atau C tidak diragukan lagi lebih dipercaya oleh klien karena mereka dianggap memiliki kompetensi yang diperlukan untuk menangani sengketa pajak.

Tantangan dalam Proses Litigasi Pajak

Meskipun litigasi pajak dapat memberikan keadilan bagi pembayar pajak, prosesnya tidak selalu mudah. Beberapa tantangan utamanya adalah:

  • Umur panjang: Proses peradilan dapat memakan waktu bertahun-tahun sebelum mencapai tahap kasasi.
  • Biaya tinggi: Selain biaya pengacara, ada biaya administrasi dan biaya banding.
  • Risiko putusan yang tidak menguntungkan: Tidak ada jaminan bahwa putusan akhir akan berpihak pada wajib pajak, sehingga diperlukan perhitungan yang cermat sebelum memutuskan untuk mengajukan gugatan.

Litigasi pajak merupakan salah satu bentuk penyelesaian sengketa pajak yang dilakukan oleh wajib pajak yang merasa tidak puas dengan keputusan otoritas pajak. Bagi penasihat pajak yang telah mendapatkan brevet, kemampuan menangani kasus pajak merupakan nilai tambah yang penting bagi praktik profesi mereka. Dengan pemahaman dan persiapan yang baik, hal ini dapat menjadi faktor penentu dalam upaya wajib pajak untuk mendapatkan keadilan. Ketika menghadapi sengketa pajak, wajib pajak harus mempertimbangkan untuk mencari bantuan dari penasihat pajak brevet untuk membuat proses litigasi lebih efisien dan profesional.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti brevet pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti brevet pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Kesulitan Pungut Pajak dari Ride-Sharing? Apa yang Dilewatkan Pemerintah?

Kesulitan Pungut Pajak dari Ride-Sharing? Apa yang Dilewatkan Pemerintah?

Training pajak akan membawa Anda untuk menguasai berbagai kebijakan pajak yang kompleks. Terlebih bagi Anda yang ingin terjun di dunia kerja perpajakan. Anda bisa lebih mampu memahami berbagai perundang-undangan pajak yang kompleks dalam training pajak tersebut. Namun, tidak kalah penting bagi Anda untuk mengikuti berita pajak terbaru seperti yang akan dibahas dalam artikel berikut ini.

Bisnis tradisional, khususnya sektor transportasi, telah mengalami perubahan sebagai hasil dari ekonomi berbagi. Platform digital seperti Gojek, Grab, dan Uber telah memungkinkan setiap orang untuk menyediakan layanan transportasi secara langsung kepada pelanggan. Meskipun model perusahaan ini membuka potensi ekonomi baru, model ini juga menimbulkan masalah sistemik perpajakan yang signifikan.

Otoritas pajak mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi subjek dan objek pajak, memilih metode pemungutan, dan mengawasi kepatuhan ketika menggunakan model ekonomi berbagi. Dengan menggunakan studi kasus dari Indonesia dan beberapa negara lain, esai ini menggali lebih dalam tentang fitur-fitur perpajakan dalam ekonomi berbagi, dengan fokus pada industri berbagi tumpangan.

Fitur-Fitur Ekonomi Berbagi dan Isu-Isu Perpajakan

Melalui platform digital, ekonomi berbagi memungkinkan orang untuk menyediakan jasa tanpa harus menjadi karyawan resmi. Pengemudi untuk layanan berbagi tumpangan adalah mitra independen dalam pendekatan ini, bukan pegawai tetap.

Hambatan utama dalam pengenaan pajak pada industri ini adalah sebagai berikut:

  • Identifikasi Subjek dan Objek Pajak: Menentukan siapa yang bertanggung jawab dalama proses pemungutan, penyetoran pajak, dan pelaporan pajak, serta aplikasi, pengemudi, atau keduanya memang cukup memberikan tantangan.
  • Transparansi Penghasilan dan Basis Pajak: Karena banyak pengemudi yang tidak secara resmi mencatat pendapatan mereka, maka pelaporan yang tidak sesuai dengan yang seharusnya mungkin terjadi.
  • Kepatuhan terhadap Pajak: Pengemudi yang tidak memiliki literasi pajak cenderung tidak mematuhi kewajiban pajak mereka secara formal.

Studi Kasus Indonesia: Hukum Pajak Platform Layanan Ride-Sharing

Penelitian Nabilah Zharfa menunjukkan bahwa meskipun layanan ridesharing menciptakan lapangan pekerjaan baru, terdapat kesenjangan yang cukup besar dalam hal bagaimana para pengemudi dikenai pajak. Berikut adalah beberapa kesimpulan penting:

Pemotongan Pajak oleh Perusahaan Platform

Perusahaan platform dapat ditunjuk oleh pemerintah Indonesia sebagai pemotong pajak yang bertanggung jawab untuk memotong, menyetor, dan melaporkan pajak penghasilan dari penghasilan pengemudi. Karena perusahaan platform memiliki sistem pembayaran yang terintegrasi dan data transaksi yang real-time, pendekatan ini dianggap efektif.

Baca Juga: Deposit Pajak Melalui Coretax DJP! Benarkah Urusan Pajak Tak Lagi Menakutkan?

Rencana Pemotongan dan Tarif Pajak

Berdasarkan PP 46/2013 (yang pada saat ini telah diatur kembali dalam PP 23/2018), tarifnya adalah 1 persen dari peredaran bruto. Rencana ini mudah digunakan dan sesuai untuk pengemudi yang menjalankan perusahaan mikro atau kecil.

Peningkatan Kepatuhan Pajak

Penunjukan platform sebagai pemotong pajak dianggap berpotensi meningkatkan kepatuhan formal pengemudi, yang sebelumnya rendah karena kurangnya pengetahuan tentang tanggung jawab pajak mereka.

Nilai Kerja Sama Data

Untuk menjamin bahwa data transaksi dapat diakses dengan tepat dan cepat, kolaborasi antara otoritas pajak dan platform digital sangatlah penting.

Studi Kasus dari Seluruh Dunia

Ghana

Dua mekanisme pajak layanan berbagi tumpangan ditemukan oleh penelitian Anaman & Ahmed (2021):

  • 25% dari tarif perjalanan yang dibeli menggunakan aplikasi Uber dikenakan pajak.
  • Platform ini secara langsung memotong Pajak Penghasilan Kendaraan (PPN).

Rencana ini menurunkan margin keuntungan pengemudi sekaligus meningkatkan pendapatan negara.

Amerika

Perpajakan layanan berbagi tumpangan di Amerika Serikat sebagian besar tergantung pada negara bagian. Beberapa negara bagian, seperti New York, mewajibkan platform untuk mengumpulkan dan menyetorkan pajak penjualan atas layanan transportasi. Terdapat perbedaan kebijakan antar wilayah sebagai akibat dari perbedaan kebijakan di negara bagian lain.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Training Pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Training Pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Tantangan Perpajakan dalam Ekonomi Berbagi: Solusi bagi Pengemudi Ride Sharing di Indonesia

Tantangan Perpajakan dalam Ekonomi Berbagi: Solusi bagi Pengemudi Ride Sharing di Indonesia

Pelatihan Pajak – Platform berbagi ride sharing seperti Gojek, Grab, dan Uber merupakan beberapa sektor yang tumbuh paling cepat dalam ekonomi berbagi. Platform ini memungkinkan orang untuk berbagi kendaraan mereka dengan penumpang yang tertarik mengemudi. Namun, seiring terus berkembangnya sektor ini, tantangan perpajakan juga muncul. Pelatihan pajak penting bagi mereka yang bergelut dibidang ekonomi yang berguna untuk mengetahui kewajiban pajak dengan benar.

Masalah Pajak dalam Ekonomi Berbagi

Ekonomi berbagi, terutama melalui platform berbagi mobil, membawa perubahan besar dalam model bisnis tradisional. Pengemudi bukan karyawan tetap platform, tetapi dianggap sebagai mitra atau pekerja lepas. Konsep ini menimbulkan kebingungan tentang bagaimana pajak digunakan.

Tantangan utama dalam hal ini adalah siapa yang bertanggung jawab untuk membayar asuransi pada platform itu sendiri atau individu. Di banyak negara, pengemudi tidak diharuskan membayar pajak langsung atas upah mereka. Sebaliknya, pengemudi diharuskan melaporkan pendapatan mereka sebagai pekerja independen.

Selain itu, pajak dikenakan pada pengemudi yang bisa bervariasi serta bergantung untuk jenis pendapatan yang mereka dapatkan. Apakah pendapatan ini dianggap pendapatan bisnis atau pendapatan pribadi? Jawaban atas pertanyaan ini penting karena mempengaruhi jenis asuransi dan tarifnya.

Pelatihan pajak membantu pengemudi memahami perbedaan antara berbagai jenis pajak, seperti Pajak Penghasilan (PPH) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), sehingga mereka dapat melaporkan pajak mereka secara akurat.

Peraturan Perpajakan di Indonesia

Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk mengatur perpajakan pengemudi angkutan daring. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 118/PMK.03/2016, pengemudi dianggap sebagai pekerja mandiri yang diharuskan untuk melaporkan sendiri pendapatannya. Penghasilan yang diperoleh pengemudi tercakup dalam Pasal 23 Pajak Penghasilan (PPH) jika penghasilan tersebut diperoleh dengan bantuan platform.

Selain itu, ada aturan PPN jika pengemudi dianggap menyediakan layanan transportasi. Dalam hal tersebut, platform berbagi tumpangan harus memungut PPN sebesar 10% dari tarif yang dibebankan oleh pengguna layanan.

Namun, banyak pengemudi masih belum tahu cara membayar asuransi. Mereka tidak begitu paham apakah mereka perlu menyetorkan asuransi sendiri atau platform yang melakukannya. Oleh karena itu, pendidikan dan pelatihan asuransi bagi pengemudi sangat diperlukan untuk menghindari kesalahan pelaporan asuransi.

Peran Platform dalam Pendidikan Pajak

Mitra pengemudi memainkan peran penting dalam memahami kewajiban perpajakan mitra pengemudi. Berbagai platform telah menyediakan informasi terkait pajak melalui aplikasi mereka. Misalnya, informasi tentang biaya administrasi otomatis dan pengurangan pajak.

Baca Juga: Menghitung PDD Nilai Lain dalam PPN: Panduan Lengkap bagi Akuntan

Tidak cukup disitu saja, pelatihan pajak ini berjalan dengan melibatkan otoritas pajak serta platform yang penting guna memastikan jika para wajib pajak mengetahui serta memahami kewajiban pajak. Pelatihan ini dapat mencakup pembelajaran cara menghitung pajak, cara mengisi laporan pajak tahunan, dan cara memotong pajak.

Upaya Peningkatan Kepatuhan Pajak

Untuk meningkatkan kepatuhan pajak dalam ekonomi berbagi, pemerintah harus mengambil beberapa langkah, termasuk:

  • Sosialisasi dan pelatihan: Melakukan seminar dan pelatihan kepabeanan yang melibatkan platform dan pengemudi.
  • Mudah diakses: Memungkinkan pengemudi melaporkan pajak melalui aplikasi asuransi.
  • Kolaborasi dengan platform: Platform secara teratur diharuskan memberikan informasi asuransi kepada mitra pengemudi mereka.
  • Pengawasan yang ketat: Melakukan pemeriksaan rutin guna memastikan kepatuhan para pengemudi terhadap regulasi perpajakan.

Kemitraan antara pemerintah, platform transportasi online, dan pengemudi diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pajak. Lebih jauh lagi, pengemudi merasa lebih aman dan terlindungi oleh hukum ketika mereka tahu bahwa mereka diharuskan membayar asuransi.

Ekonomi berbagi menciptakan berbagai peluang ekonomi bagi masyarakat melalui platform. Namun, masalah perpajakan harus ditangani secara bertanggung jawab. Pendidikan asuransi sangat penting bagi pengemudi untuk memahami dengan benar kewajiban asuransinya. Dengan dukungan platform dan pemerintah, pengemudi diharapkan lebih patuh dalam membayar dan melaporkan pajaknya. Mengelola perpajakan dalam ekonomi berbagi bukanlah tugas mudah, tetapi dengan pendidikan yang tepat dan partisipasi aktif semua pihak, tantangan tersebut dapat diatasi dengan lebih baik. Perpajakan bukan sekedar kewajiban, tetapi merupakan sumbangan nyata bagi pembangunan nasional.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Pelatihan Pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Pelatihan Pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Deposit Pajak Melalui Coretax DJP! Benarkah Urusan Pajak Tak Lagi Menakutkan?

Deposit Pajak Melalui Coretax DJP! Benarkah Urusan Pajak Tak Lagi Menakutkan?

Kursus Pajak – DJP telah menyediakan pilihan yang efisien untuk membayar pajak melalui Coretax sebagai upaya memudahkan pemenuhan kewajiban pajak. Sama halnya dengan dompet digital, fungsi dari fasilitas pajak yang satu ini memudahkan wajib pajak untuk melakukan kewajiban pajak. Pemerintah memperkenalkan Setoran Pajak di Coretax kepada wajib pajak melalui DJP.

Untuk menyimpan saldo pajak dan memberikan metode pembayaran yang lebih nyaman, setoran pajak ini berfungsi sebagai dompet elektronik. Wajib pajak bisa melakukan pengurusan kewajiban pajak Anda dengan lebih baik dan menghindari keterlambatan dalam menyetorkan pajak dengan mengikuti kursus pajak, karena dalam kelas perpajakan tersebut akan membantu Anda memahami berbagai jenis pajak dan penghitungannya yang harus Anda penuhi.

Setoran Pajak Coretax: Apa itu?

Dalam sistem Coretax DJP, fitur Setoran Pajak memungkinkan wajib pajak untuk menyetor uang ke akun pajak mereka. Sebagai contoh, wajib pajak badan usaha tidak membayar cicilan pajak tepat waktu. Wajib pajak badan usaha ini tidak membayar denda keterlambatan saat melakukan penyetoran pajak; mereka hanya membayar pajak yang sudah jatuh tempo. Wajib pajak badan diharuskan melakukan setoran pajak lagi untuk membayar denda karena lalai membayar. Wajib pajak badan dipaksa untuk membuat ID Billing dan membayar pajak secara teratur sebagai hasil dari proses ini. Hasilnya, setoran pajak memungkinkan wajib pajak untuk menghindari pembayaran pajak bulanan.

Selain mempermudah pembayaran pajak, fitur setoran Coretax juga membantu wajib pajak dalam hal manajemen pajak. Dengan bantuan layanan ini, wajib pajak dapat melakukan pembayaran pajak di muka. Lain hal dengan proses yang sebelumnya, yang mewajibkan wajib pajak perusahaan untuk menyisihkan sejumlah harta tertentu untuk membayarkan pajaknya. Dengan kata lain, ada peluang untuk meningkatkan manajemen keuangan bisnis.

Baca Juga: Terjebak Pajak karena Kontrak Sewa? Kupas Tuntas PSAK 73 & PPh Sewa!

Bagaimana Setoran Pajak Perusahaan Anda Dapat Ditingkatkan?

Wajib pajak harus menyelesaikan tindakan berikut untuk melakukan penyetoran pajak menggunakan Coretax:

  • Anda perlu terlebih dahulu melakukan akses pada akun Coretax wajib pajak, pilih modul “Pembayaran” dan kemudian klik menu “Layanan Mandiri Kode Billing”.
  • Memilih KAP atau Kode Akun Pajak 411618 dan KJS atau Kode Jenis Setoran 100 ketika membuat kode penagihan untuk setoran pajak.
  • Setelah mengisi kolom yang diperlukan di halaman Coretax, buat kode billing dan bayar. Ada beberapa cara untuk membayar kode billing yang diperlukan untuk menyelesaikan setoran pajak, antara lain melalui mobile banking, bank persepsi, dan kantor pos persepsi.
  • Wajib pajak bisa mendapatkan memperoleh Nomor Transaksi Penerimaan Negara dengan kembali ke akun Coretax DJP sesudah berhasil menyelesaikan penyetoran pajak.
  • Jumlah yang dibayarkan telah dikreditkan ke saldo setoran pajak.
  • Wajib pajak dapat: Mengembalikan saldo deposit untuk pembayaran pajak yang lebih nyaman dengan menggunakan layanan Setoran Pajak Coretax DJO.
  • Hilangkan transfer manual dengan membayar pajak penghasilan dan PPN dengan satu klik.
  • Sebagai upaya mengelola pajak badan usaha agar semakin efisien, maka lebih baik menggunakan satu platform saja.

Untuk dapat menangani setoran pajak, Anda dapat mendaftar di kelas perpajakan, seperti kursus pajak, yang akan memberi Anda pemahaman komprehensif tentang tanggung jawab pajak Anda. Opsi “Pembayaran Pajak” menawarkan fungsi setoran pajak ini. Oleh karena itu, wajib pajak dapat membuat ID penagihan dan membayar pajak dalam satu langkah sederhana setelah menyetor pajak. Sebuah pendekatan yang inventif terhadap pembayaran pajak, fitur Setoran Pajak Coretax membuatnya lebih mudah dan lebih efektif bagi wajib pajak untuk menangani tanggung jawab mereka. Fungsi ini mengurangi kemungkinan penundaan dan memungkinkan pembayaran diselesaikan dengan lebih cepat.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti kursus pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti kursus pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Menghitung PDD Nilai Lain dalam PPN: Panduan Lengkap bagi Akuntan

Menghitung PDD Nilai Lain dalam PPN: Panduan Lengkap bagi Akuntan

Training Pajak – Dalam dunia perpajakan, penting untuk memahami konsep dan perhitungan biaya lainnya dalam PPN, terutama bagi akuntan yang bertanggung jawab untuk menyiapkan laporan keuangan dan pajak. Training pajak secara teratur dapat membantu akuntan memperoleh pemahaman lebih mendalam tentang konsep ini, sehingga dapat menghasilkan perhitungan yang lebih akurat dan tepat.

Berapa Nilai Lain dari PDD dalam PPN?

PDD Nilai Lain yang dianggap tidak dapat dipungut oleh wajib pajak dan dapat mempengaruhi perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Secara umum, PDD ini timbul akibat adanya penerimaan dari transaksi penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang terdapat masalah pembayaran kepada pelanggan atau pihak ketiga.

Dalam praktiknya, PDD dan biaya lainnya sering menjadi tantangan bagi perusahaan di sektor jasa dan ritel. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ketidakmampuan pelanggan untuk membayar atau perselisihan mengenai kualitas barang dan layanan yang diberikan. Oleh karena itu, penting bagi akuntan untuk memahami bagaimana PDD ini mempengaruhi perhitungan PPN secara komprehensif.

Ketentuan PDD Biaya Lain-Lain dalam PPN

Bergantung pada peraturan perpajakan saat ini di Indonesia, biaya PDD lainnya dapat diakui dalam PPN jika memenuhi kondisi tertentu, seperti jika ada bukti kuat bahwa utang tersebut tidak lagi dapat ditagih. Beberapa dokumen yang mendukung pengakuan PDD meliputi:

  • Pernyataan ketidakmampuan membayar oleh debitur.
  • Mendokumentasikan keputusan pengadilan mengenai kebangkrutan atau likuidasi.
  • Bukti upaya pengumpulan.
  • Catatan akuntansi yang mengonfirmasi kerugian akibat utang yang tidak dapat ditagih.

Perhitungan PDD Nilai Lain dalam PPN

Langkah-langkah untuk menghitung nilai PDD lainnya dalam PPN adalah sebagai berikut:

  • Tentukan dengan cermat jumlah pinjaman yang tidak dapat ditagih.
  • Kumpulkan bukti untuk pengakuan PDD, seperti dokumen kebangkrutan atau bukti penagihan.
  • Hitung PPN yang terutang menggunakan rumus:

PPN yang terutang = Tarif PPN × Jumlah PDD

Misalnya, jika jumlah piutang tak tertagih yang diduga sebesar Rp100.000.000,- dan tarif PPN sebesar 11%, maka:

PPN yang terutang = 11% × Rp 100.000.000 = Rp 11.000.000

Menjalani training pajak akan memperkuat pemahaman Anda tentang metode dan kebijakan akuntansi terbaru mengenai PDD dalam PPN. Selain itu, penting untuk memperhatikan perubahan peraturan yang dapat memengaruhi perhitungan PPN.

Baca Juga: Dampak Pajak atas Sewa terhadap Keuntungan Bisnis: Apa yang Perlu Dipertimbangkan?

Dampak Biaya PDD Lainnya Terhadap Laporan Keuangan

Pengakuan PDD dalam PPN dapat mempengaruhi laporan keuangan perusahaan, terutama dalam hal utang dan beban pajak. Melaporkan kesalahan secara tidak benar dapat menimbulkan risiko dan sanksi administratif dari otoritas pajak.

Selain itu, pinjaman yang tidak dapat ditagih dapat mempengaruhi arus kas perusahaan, terutama jika jumlahnya besar. Oleh karena itu, pencatatan PDD harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan bahwa laporan keuangan masih mencerminkan posisi keuangan yang sebenarnya.

Tips Akuntan dalam Mengelola PDD Konten Lainnya

  • Tinjauan pinjaman berkala: Mengevaluasi pinjaman yang terlambat membayar sehingga mereka dapat melacaknya sebelum menjadi PDD.
  • Semua dokumen: Selama audit pajak, pastikan semua dokumen pendukung disimpan secara terorganisir.
  • Perbarui pengetahuan pajak Anda: Ikuti training pajak rutin untuk memahami aturan terbaru dan teknik akuntansi yang tepat.

Konsultasikan dengan profesional pajak: Jika ragu, konsultasikan dengan penasihat pajak untuk memastikan perhitungan yang akurat.

Perhitungan PDD dan nilai-nilai lainnya dalam PPN memerlukan pemahaman yang komprehensif dan dukungan dokumentasi yang tepat. Dengan mengikuti training pajak, akuntan dapat meningkatkan kemampuannya dalam melakukan pengakuan PDD secara baik dan sesuai ketentuan. Pengelolaan PDD yang tepat dapat membantu menjaga kepatuhan perpajakan dan mengurangi risiko sanksi akibat kesalahan.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti training pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti training pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Terjebak Pajak karena Kontrak Sewa? Kupas Tuntas PSAK 73 & PPh Sewa!

Terjebak Pajak karena Kontrak Sewa? Kupas Tuntas PSAK 73 & PPh Sewa!

Brevet pajak merupakan metode pembelajaran tentang kebijakan perpajakan yang sangat efektif untuk diikuti. Dalam brevet pajak Anda akan memperoleh materi tentang jenis-jenis pajak dan seperti apa penghitungannya, seperti salah satunya adalah mengenai Pajak Sewa. Sewa dalam dunia bisnis merupakan transaksi usaha yang umum terjadi yang melibatkan pemilik aset dan penyewa.

Namun demikian, pemahaman yang menyeluruh atas standar akuntansi dan peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia sangat diperlukan untuk menjamin pencatatan dan perlakuan perpajakan yang benar. Cara pelaporan sewa guna usaha telah berubah secara signifikan dengan diadopsinya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 73.

Hal ini secara langsung mempengaruhi bagaimana pendapatan dan beban diakui dalam aspek pajak juga. Menemukan Sewa Menurut PSAK 73, suatu kontrak dianggap sebagai sewa jika kontrak tersebut memberikan hak untuk mengelola penggunaan suatu aset yang dapat dibedakan untuk jumlah waktu yang telah ditentukan dengan imbalan suatu biaya.

Menurut akuntansi penyewa, penyewa mencatat liabilitas sewa dan aset hak pakai pada awal sewa. Nilai kini dari seluruh pembayaran sewa yang masih harus dibayar digunakan untuk menghitung nilai kewajiban sewa. Aset hak guna usaha akan terdepresiasi seiring dengan berjalannya waktu, dan liabilitas sewa guna usaha akan berkurang seiring dengan pembayaran sewa dan akumulasi bunga.

Pajak Penghasilan Sewa

Bergantung pada jenis aset yang disewakan, ada sejumlah ketentuan pajak yang signifikan:

Sewa tanah dan/atau bangunan

Diketahui bahwa sejumlah 10% dari jumlah bruto pembayaran atau utang yang diakui oleh penyewa dikenakan Pajak Penghasilan Final atas pendapatan dari sewa tanah dan/atau bangunan, hal ini dinyatakan menurut Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2017. Semua biaya, baik yang ditentukan secara terpisah maupun yang termasuk dalam kontrak, sudah termasuk dalam Dasar Pengenaan Pajak (DPP), termasuk biaya servis, pemeliharaan, keamanan, dan fasilitas lainnya. Saat pembayaran dilakukan atau utang diakui, mana yang lebih dulu terjadi, pajak penghasilan terutang.

Menyewakan harta bergerak (Pajak Penghasilan Pasal 23)

PPh Pasal 23 pengenaan tarif pajaknya adalah sebesar 2 persen dari jumlah bruto pembayaran sewa, apabila objek sewanya adalah harta bergerak selain tanah maupun bangunan. Ketika penghasilan dibayarkan atau pembayaran jatuh tempo pada akhir bulan, pajak penghasilan jatuh tempo.

Baca Juga: Pemerintah Janji PPh Final UMKM Lanjut hingga 2025, Tapi Aturan Mainnya Masih Abu-Abu

Sewa kapal dan pesawat terbang (PPh 15)

Ada banyak tarif:

  • 1,2% (final) dari omzet kotor untuk pengiriman domestik.
  • Perjalanan ke luar negeri: 2,64% (final).
  • Penerbangan domestik berbasis sewa: 1,8% (tidak final).
  • Penerbangan ke Luar Negeri: 2,64% (final).

Penyewaan

Penyewaan dikenakan pajak dalam dua skema yang berbeda:

  • Sewa Finansial (dengan kemampuan untuk memilih): Hanya sebagian dari pendapatan sewa yang dikenakan pajak untuk lessor, dan tidak ada PPN yang harus dibayarkan.
  • Sewa Operasi (tidak ada hak opsi): Biaya sewa dapat dikurangkan untuk penyewa dan tunduk pada pemotongan berdasarkan Pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Perbedaan antara Peraturan PPh dan PSAK 73

Dalam konteks fiskal, pengenaan pajak penghasilan masih berkaitan dengan jumlah bruto sewa yang dibayarkan atau diakui, meskipun PSAK 73 mengatur pengakuan liabilitas dan aset dengan cara yang lebih rumit (nilai kini, beban bunga, penyusutan). Sebagai contoh, biaya layanan dapat diklasifikasikan sebagai biaya operasional dalam akuntansi, tetapi masih termasuk dalam DPP PPh Final atas sewa tanah dan bangunan dalam perpajakan.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Brevet Pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Brevet Pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Pemerintah Janji PPh Final UMKM Lanjut hingga 2025, Tapi Aturan Mainnya Masih Abu-Abu

Pemerintah Janji PPh Final UMKM Lanjut hingga 2025, Tapi Aturan Mainnya Masih Abu-Abu

Pelatihan pajak salah satu solusi bagi Anda yang ingin mampu melakukan kewajiban seefektif dan seefisien mungkin. Sebab, dalam pelatihan pajak tersebut nantinya Anda akan memperoleh materi yang membuat Anda memahami tata cara mengelola pajak. Salah satu peraturan pajak yang paling signifikan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia adalah perpanjangan pajak penghasilan final sebesar 0,5%.

Dengan struktur pajak yang lebih ringan dan sederhana, tarif ini menawarkan kenyamanan bagi UMKM sehingga mereka dapat berkonsentrasi untuk mengembangkan bisnis mereka daripada terkendala oleh peraturan pajak yang rumit. Meskipun tarif PPh Final 0,5% telah diperpanjang hingga tahun 2025, masyarakat masih membutuhkan kepastian hukum yang jelas mengenai durasi penggunaannya.

Ketidakjelasan hukum dapat muncul dengan tidak adanya peraturan resmi yang mengatur perpanjangan ini, sehingga dapat berdampak pada perencanaan keuangan dan bahkan menimbulkan risiko pajak bagi wajib pajak UMKM. Untuk memastikan bahwa UMKM dapat memanfaatkan tarif PPh Final 0,5% dengan lancar di tahun-tahun mendatang, sangat penting bagi pemerintah untuk segera menetapkan undang-undang yang dapat memberikan landasan hukum yang kuat.

Ketentuan Perpanjangan Pajak Penghasilan Final UMKM

Pemerintah menyatakan bahwa perpanjangan PPh final untuk UMKM akan tetap berlaku hingga tahun 2025, meskipun masa berlaku pertama akan berakhir pada tahun 2024.  Airlangga Hartarto selaku Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, memberikan penegasan bahwa rencana untuk mempertahankan tarif Pajak Penghasilan Final 0,5 persen untuk wajib pajak UMKM sampai dengan akhir 2025. Meskipun peraturan ini awalnya diperkirakan akan berakhir pada tahun 2024, peraturan ini diperpanjang untuk memberikan kepastian bagi usaha mikro, kecil, dan menengah. Sebagai kepastian hukum untuk wajib pajak, maka tarif pajak penghasilan 5% untuk UMKM sudah diperpanjang sampai dengan tahun 2025.

Tarif PPh Final 0,5% semula dijadwalkan berakhir pada tahun 2024, namun pemerintah memastikan bahwa tarif tersebut akan tetap berlaku hingga tahun 2025 sebagai upaya untuk membantu UMKM. Hal ini memberikan kepastian kepada UMKM bahwa mereka dapat melanjutkan kegiatan operasional mereka tanpa perlu khawatir akan perubahan peraturan pajak yang mendadak.

Baca Juga: Banyak yang Keliru! Ini Bedanya PBB P2 dan PBB P3 yang Wajib Kamu Tahu!

Kebijakan Perpanjangan PPh Final UMKM dijamin akan tetap berlaku hingga tahun 2025 oleh pemerintah. Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, pemerintah akan memperpanjang tarif PPh Final UMKM hingga 2025, meskipun tarif tersebut akan berakhir pada tahun 2024, untuk mendukung pertumbuhan dan keberlanjutan sektor UMKM di Indonesia.

Tantangan Administratif dan Kualifikasi Hukum

PPh final untuk UMKM akan diperpanjang hingga 2025, pemerintah telah menegaskan, namun peraturan teknis yang mendukung kebijakan ini belum dibuat. Karena DJP tidak dapat memberikan Surat Keterangan (Suket) PP 55/2022 tanpa adanya revisi PP terkait, wajib pajak yang membutuhkannya belum dapat mengajukan permohonan. Selain itu, DJP juga belum memberikan panduan yang jelas mengenai apa yang harus dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi yang telah menggunakan PPh final UMKM selama tujuh tahun.

Mengharapkan Kejelasan Regulasi

Sri Mulyani, Menteri Keuangan, sempat menyatakan bahwa tarif PPh final 0,5% untuk UMKM akan dikaji ulang karena dianggap tidak adil. Pemerintah memberikan janji bahwa perpanjangan waktu bagi wajib pajak perorangan yang sudah memanfaatkan masa pemanfaatan Pajak Penghasilan final UMKM selama tujuh tahun sejak akhir tahun pajak yang sebelumnya. Pemerintah berharap perpanjangan ini akan memberikan ketenangan bagi para pelaku usaha dalam menjalankan bisnisnya dan membantu UMKM untuk bertahan. Perpanjangan PPh Final 0,5% hingga tahun 2025 merupakan perkembangan yang baik bagi usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Pelatihan Pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Pelatihan Pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Dampak Pajak atas Sewa terhadap Keuntungan Bisnis: Apa yang Perlu Dipertimbangkan?

Dampak Pajak atas Sewa terhadap Keuntungan Bisnis: Apa yang Perlu Dipertimbangkan?

Memahami berbagai kewajiban pajak dalam bisnis adalah penting. Oleh karena itu, mengikuti kursus pajak dapat menjadi langkah awal yang tepat bagi pengusaha yang ingin mengelola keuangannya dengan lebih bijak. Salah satu aspek perpajakan yang paling penting adalah pajak sewa, yang dapat berdampak langsung pada profitabilitas suatu bisnis.

Jaminan Sewa: Apa Saja Jenisnya?

Secara umum, pajak sewa mencakup berbagai jenis pajak, seperti Pajak Keuntungan (PPx) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Misalnya, pajak pendapatan sewa dikenakan pada pemilik properti yang memperoleh pendapatan dari penyewaan properti. Sementara itu, PPN bisa dikenakan jika menyewakan dilakukan pada objek yang termasuk dalam golongan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP). Selain itu, ada Pajak Daerah dan Denda Daerah (PDRD) yang berlaku untuk sewa tanah atau bangunan, tergantung pada peraturan setempat. Untuk menghindari kesalahan saat menghitung atau menghitung pajak, penting untuk memahami setiap jenis pajak.

Mengapa Pendapatan Pajak Sewa Dapat Dikurangi?

Hanya sedikit pekerja yang khawatir tentang hilangnya pendapatan kena pajak karena upah. Hal ini dimungkinkan karena pajak sewa langsung mengurangi pendapatan dari aktivitas penyewaan. Jika tidak dikelola dengan baik, kewajiban pajak ini dapat berdampak signifikan terhadap profitabilitas bisnis.

Dan beberapa pemilik bisnis sering menghadapi masalah pengelolaan pajak yang rumit, terutama saat menyewakan aset berharga. Oleh karena itu, mengambil kursus pajak yang mendalam akan memberikan wawasan tentang teknik perhitungan pajak menurut undang-undang dan strategi mitigasi.

Faktor-Faktor yang Perlu Dipertimbangkan

Untuk meminimalkan dampak negatif pajak sewa, pemilik bisnis harus mempertimbangkan hal berikut:

  • Jenis properti sewa: Properti komersial, kendaraan, atau peralatan mungkin dikenakan pajak secara berbeda. Mengerti aturan tertentu yang dapat membantu membuat pajak lebih efektif.
  • Lokasi bisnis: Beberapa lokasi memiliki peraturan pajak setempat yang berbeda, jadi penting untuk memahami peraturan setempat.
  • Jenis perjanjian sewa: Perjanjian jangka panjang dan jangka pendek mempengaruhi tarif asuransi.
  • Pengurangan pajak: Menggunakan penasihat pajak atau mengikuti kursus pajak dapat membantu Anda mempelajari tentang pengurangan yang tepat, sehingga mengurangi kemungkinan membuat kesalahan.
  • Perencanaan Anggaran: Memperkirakan kewajiban pajak Anda dalam perencanaan keuangan dapat membantu menjaga stabilitas arus kas.

Baca Juga: Perlakuan Pajak atas Biaya Entertainment dalam Dunia Bisnis: Tantangan dan Regulasi Terbaru

Strategi Manajemen Pajak Sewa

Untuk mempertahankan profitabilitas bisnis yang optimal, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan:

  • Kerugian Beban Pajak: Beban pajak harus dimasukkan dalam perhitungan beban sewa untuk mempertahankan margin yang diharapkan.
  • Manajemen Administrasi: Membantu Anda memelihara dokumentasi yang terorganisir dan akurat selama pembukuan dan pelaporan.
  • Memaksimalkan pembayaran pajak: Guna menghindari gangguan pada arus kas, pertimbangan guna membayar pajak Anda dengan mencicil jika mendapatkan izin
  • Bicaralah dengan profesional pajak: Berbicara dengan penasihat atau mengikuti kursus pajak tingkat lanjut dapat membantu Anda memperoleh pemahaman lebih mendalam tentang cara mengelola kewajiban pajak Anda dengan lebih baik.
  • Manfaatkan insentif pajak: Cari tahu apakah ada insentif pajak yang dapat Anda manfaatkan, seperti pengecualian pajak dalam keadaan tertentu.

Mengambil Kursus Pajak untuk Meningkatkan Keuntungan

Mengelola pajak sewa tidaklah mudah. Oleh karena itu, mengambil kursus pajak dapat membantu bisnis memahami peraturan terbaru dan menerapkan strategi yang tepat. Dengan pengetahuan yang lebih baik, risiko sanksi dan denda akibat kesalahan dapat dikurangi. Kursus pajak juga memberikan pemahaman praktis tentang manajemen pelaporan keuangan yang terkait dengan pajak sewa.

Pajak sewa dapat berdampak signifikan terhadap profitabilitas bisnis jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu penting untuk memahami jenis pajak, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan menerapkan strategi yang optimal. Jangan ragu untuk mengambil kursus pajak untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan pajak dan menjaga stabilitas keuangan bisnis Anda. Jika Anda mempersiapkan diri dengan baik, Anda dapat mempertahankan profitabilitas bisnis meskipun ada beban pajak.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti kursus pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti kursus pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Perlakuan Pajak atas Biaya Entertainment dalam Dunia Bisnis: Tantangan dan Regulasi Terbaru

Perlakuan Pajak atas Biaya Entertainment dalam Dunia Bisnis: Tantangan dan Regulasi Terbaru

Brevet Pajak – Pada dunia bisnis yang modern ini, dengan membangun relasi melalui makan malam, memberi bingkisan, bahkan mengundang tamu ke acara tertentu bukanlah hal yang asing. Dalam strategi ini dikenal luas untuk bentuk pendekatan personal untuk emmbangun hubungan profesional. Bagi beberapa perusahaan, kegiatan ini bagian dari strategi pemasaran yang diyakini dapat membangun loyalitas dalam meningkatkan penjualan, serta memperkuat citra merek mereka. Akan tetapi bagaimana perlakuan pajak pada biaya entertainment?

Biaya pajak entertainment merupakan pengeluaran yang dikenakan pajak terkait aktivitas hiburan atau jamuan dalam konteks bisnis. Dalam praktik perpajakan, pemahaman tentang biaya ini dapat diperoleh melalui pelatihan brevet pajak, yang membahas aturan perpajakan termasuk pembebanan dan pengakuan biaya entertainment sesuai dengan peraturan yang berlaku. Apakah biaya entertainment ini akan menjadi beban usaha yang sah atau justru akan menjadi penghasilan kena pajak untuk pihak penerima?

Secara keseluruhan, undang-undang pajak penghasilan ini mengatur jika penghasilan merupakan tambahan kemampuan ekonomis yang di terima oleh wajib pajak, dari dalam ataupun luar negeri, yang bisa digunakan untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan, pada bentuk apapun serta dengan nama apapun. Dengan konsep yang luas ini, maka segala bentuk fasilitas atau pemberian yang bisa meningkatkan kemampuan ekonomi pada penerimaan yang dapat digolongkan sebagai penghasilan. Termasuk dalam hal ini merupakan bentuk dari natura serta kenikmatan, seperti fasilitas kendaraan, bingkisan, hiburan, dan penginapan yang sering kali tidak tercatat sebagai transaksi formal.

Pada peraturan menteri keuangan (PMK) No 66 Tahun 2023 merupakan regulasi saat ini yang mengatur secara khusus tentang perlakuan pajak atas penggantian atau imbalan pada bentuk natura serta kenikmatan yang diterima pegawai. Pada regulasi ini menegaskan jika bentuk penghasilan seperti bingkisan lebaran, fasilitas kendaraan, serta lainnya yang diberikan pada pegawai akan dikenakan PPh kecuali memenuhi kriteria pengecualian.

Namun pada regulasi ini belum secara eksplisit mengatur bagaimana perlakuan untuk liburan atau jamuan yang diberikan untuk pihak eksternal atau bukan pegawai seperti klien potensial, influencer, atau mitra bisnis yang lain. Dalam praktik perpajakan, pemahaman tentang biaya ini dapat diperoleh melalui pelatihan brevet pajak, yang membahas aturan perpajakan termasuk pembebanan dan pengakuan biaya entertainment sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Baca Juga: Mengoptimalkan Arus Kas dengan Restitusi Pajak: Strategi Cepat dan Efektif bagi Pemilik Bisnis

Dalam surat edaran lama dari Direktorat Jenderal Pajak memberikan ketentuan jika biaya entertainment bisa dibebankan untuk pengurang penghasilan bruto dari pemberi, dengan syarat didukung daftar nominatif. Akan tetapi, sampai saat ini belum juga ada aturan yang menegaskan jika pihak penerima entertainment yang merupakan non-staff harus memperlakukan hiburan ini sebagai penghasilan.

Padahal, dengan berdasarkan definisi penghasilan pada UU PPh, hiburan yang meningkatkan kemampuan konsumsi serta nilai ekonomis seseorang bisa dikenakan pajak. Tanpa adanya kejelasan aturan ini, risiko ketidakpatuhan wajib pajak dapat terjadi, Terlebih pada era digital dan gaya hidup saat ini terekam jelas di media sosial. Para petugas pajak dapat melakukan profiling serta mencocokan antara gaya hidup serta pelaporan SPT nya, terutama pada selebriti atau influencer yang sering mendapatkan fasilitas dari sponsor.

Pengeluaran hiburan dalam bisnis merupakan bagian dari strategi pemasaran yang bertujuan untuk membangun hubungan profesional dan membangun loyalitas pelanggan. Namun, menangani pajak atas biaya-biaya ini tetap merupakan tugas yang sulit. Meski Menteri Keuangan telah merumuskan Peraturan 66 (PMC) untuk tunjangan karyawan sebagai keuntungan dan kepuasan pada tahun 2023, aturan untuk hiburan bagi pihak eksternal seperti klien atau influencer masih belum jelas.

Sedangkan menurut konsep penghasilan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan, harus disertakan objek kena pajak. Oleh karena itu, pengungkapan yang komprehensif melalui Brevet Pajak sangat diharapkan agar perusahaan dapat memotong biaya hiburan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Brevet Pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Brevet Pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Banyak yang Keliru! Ini Bedanya PBB P2 dan PBB P3 yang Wajib Kamu Tahu!

Banyak yang Keliru! Ini Bedanya PBB P2 dan PBB P3 yang Wajib Kamu Tahu!

Training Pajak – Perbedaan substansial antara PBB P2 dan P3, terutama yang berkaitan dengan kewajiban pajak bumi dan bangunan, harus dipublikasikan. Sebagian besar dari masyarakat ada yang masih menganggap bahwa Pajak Bumi dan Bangunan termasuk sebagai satu jenis pajak saja, padahal sebenarnya PBB dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu PBB P2 yang diperuntukkan bagi pajak untuk Pedesaan dan Perkotaan dan PBB P3 yaitu untuk lahan atau tanah Perkebunan, Perhutanan, dan Pertambangan. Meskipun sama-sama berfungsi sebagai alat untuk pendapatan negara bagian atau kota, tujuan pajak, wewenang administrasi, dan metode pemungutannya berbeda. Materi seperti ini akan dibahas lebih dalam training pajak yang Anda butuhkan untuk meningkatkan skill perpajakan Anda.

Mengenal Perbedaan Objek Pajak PBB P2 dan PBB P3

Objek Pajak PBB P2

PBB P2 diberlakukan pajak bagi bangunan dan tanah di perkotaan dan pedesaan. Objek pajak ini meliputi:

  • Tempat tinggal (rumah tinggal perorangan, apartemen, dan rumah susun)
  • Bangunan komersial, termasuk hotel, toko, pusat perbelanjaan, dan pabrik
  • Ladang, sawah, dan kebun non-pertanian yang cukup luas adalah contoh lahan pertanian yang belum dikembangkan atau ditinggalkan.

UU No. 28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) menyatakan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) bertanggung jawab atas PBB P2.

Objek Pajak PBB P3

Pajak Bumi dan Bangunan jenis ini adalah diperuntukan bagi perkebunan, perhutanan, dan pertambangan meliputi berbagai bisnis yang nilainya tinggi diantaranya sebagai berikut:

  • Perkebunan diantaranya seperti teh, kopi, tebu, dan kelapa sawit
  • Kehutanan, termasuk hutan lindung dan hutan produksi
  • Pertambangan termasuk minyak bumi, gas alam, mineral, dan batubara
  • Sektor tambahan (di bawah 20/PJ/2015), termasuk budidaya ikan dan perikanan tangkap
  • Saluran listrik, kabel telepon, dan jaringan pipa
  • Jalan tol

Tarif Pajak yang Dikenakan untuk Pajak Bumi dan Bangunan P2 dan P3

Tarif maksimum PBB P2 (0,3%)

Namun, jumlah pastinya dapat berbeda berdasarkan peraturan pemerintah daerah setempat. Sebagai contoh:

  • Jakarta: 0,1 persen
  • Bandung: 0,2 persen
  • Beberapa daerah pedesaan: 0,3 persen

Tarif PBB P3 tetap sebesar 0,5%

Pasal 5 UU PBB menyatakan bahwa tidak ada perbedaan geografis dalam tarif PBB P3, yang ditetapkan sebesar 0,5%. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan yang terpusat dan signifikansi ekonomi yang kuat dari industri pertambangan, perhutanan, dan perkebunan. Agar memahami lebih lanjut mengenai perhitungan tarif PPB P3 ini Anda bisa mengikuti training pajak tingkat A.

Baca Juga: Terima SP2DK? Ini 5 Langkah Aman Biar Nggak Kena Pemeriksaan Pajak!

Nilai Jual Kena Pajak atau NJKP

PBB P2 NJKP (20-40% dari NJOP)

NJKP (Nilai Jual Kena Pajak), yang merupakan proporsi tertentu dari NJOP setelah dikurangi NJOPTKP, digunakan dalam perhitungan PBB P2.

Rumus NJKP PBB P2 adalah:

  • Unduh salinan
  • 20% – 40% × (NJOP – NJOPTKP) = NJKP
  • Sebagai contoh:
  • NJOP tanah dan bangunan: Rp 500 juta
  • NJOPTKP: Rp10 juta
  • Perhitungan NJKP-nya adalah Rp98 juta
  • PBB: Rp294.000 (0,3%) × Rp98 juta

Nilai Jual Kena Pajak PBB (Pajak Bumi dan Bangunan)

P3 (20% bagi sektor lain, 40% bagi sektor tertentu)

PBB P3 memiliki keunikan tersendiri untuk NJKP, berbeda dengan PBB P2:

  • 40 persen dari Nilai Jual Objek Pajak terdiri dari perkebunan, hutan, dan pertambangan (berdasarkan PP No. 25 Tahun 2002).

Industri Lainnya (Jalan Tol, Jaringan Pipa, dll.):

  • 40% dari NJOP jika melebihi Rp1 miliar
  • 20 persen dari Nilai Jual Objek Pajak apabila kurang dari Rp1 miliar

Ilustrasi Perhitungan PBB P3

Nilai Jual Objek Pajak untuk perkebunan senilai Rp2 miliar

  • NJKP: Rp2 miliar x Rp800 juta (40%)
  • PBB: Rp800 juta x Rp4 juta (0,5%)

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti training pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti training pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.