Memperluas Tax Base: Strategi Optimalisasi Penerimaan Pajak Nasional

Memperluas Tax Base: Strategi Optimalisasi Penerimaan Pajak Nasional

Kursus Pajak – Sumber utama dalam keuangan publik merupakan pajak, yang digunakan guna membiayai infrastruktur, pembangunan, kesejahteraan, serta pendidikan. Oleh karena ini, upaya guna meningkatkan penerimaan pajak yang penting untuk kestabilan fiskal. Salah satu strategi utama dalam hal ini adalah memperluas tax base. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep ini dan penerapan praktisnya, mengikuti kursus pajak dapat menjadi langkah awal yang tepat bagi masyarakat umum dan para profesional pajak.

Apa Tax Base?

Tax base didefinisikan sebagai semua objek atau sumber yang dapat dikenakan pajak, baik itu pendapatan, konsumsi, kekayaan, atau transaksi apa pun. Semakin luas basis pajak suatu negara, semakin tinggi pula pendapatan pajaknya. Namun pada kenyataannya, tidak semua kemungkinan ini telah dieksplorasi dengan baik karena berbagai faktor, seperti ekonomi informal, kepatuhan pajak yang rendah, dan kebocoran fiskal.

Tantangan dalam Memperluas Tax Base

Memperluas tax base bukanlah hal yang mudah. Beberapa tantangan yang dihadapi negara meliputi:

Dominasi sektor informal

Di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, sektor informal merupakan kontributor utama kegiatan ekonomi. Namun, akses ke sektor ini sulit karena tidak terdaftar secara administratif.

Tingkat kepatuhan pajak yang rendah

Sebagian besar idividu dan bisnis yang belum mengajukan adanya pengembalian pajak yang sesuai. Minimnya pendidkan pada perpajakan serta kurangnya kesadaran fiskal yang dapat menjadi alasan.

Praktik penghindaran pajak (tax avoidance) dan pengelakan pajak (tax evasion)

Kelemahan hukum, kurangnya transparansi, dan pengawasan yang buruk memungkinkan praktik ini terus berlanjut dan mengurangi pendapatan pajak.

Dalam konteks ini, penting bagi para profesional dan bisnis untuk memiliki pemahaman yang tepat tentang aturan perpajakan. Mengambil kursus pajak dapat membantu Anda mempelajari tentang hak dan tanggung jawab pajak, serta strategi untuk mematuhi hukum tanpa mengorbankan efisiensi bisnis.

Baca Juga: Menghindari Pajak Berganda: Pemanfaatan P3B dan Keringanan Pajak bagi Wajib Pajak Luar Negeri

Strategi Perluasan Tax Base

Pemerintah harus mengambil langkah strategis untuk memperluas tax base dan meningkatkan efisiensi sistem perpajakan. Strategi ini meliputi:

Digitalisasi sistem perpajakan

Penggunaan teknologi digital, seperti e-filing, register elektronik, dan sistem pelaporan otomatis, dapat meningkatkan transparansi dan menjangkau lebih banyak pembayar pajak.

Integrasi data antar lembaga

Integrasi data antara Direktorat Pusat Pajak, otoritas perbankan, BPJS dan lembaga lainnya akan membantu dalam mengidentifikasi pendapatan atau transaksi yang tidak dilaporkan.

Menyederhanakan aturan

Aturan perpajakan yang rumit membuat kepatuhan menjadi sulit. Reformasi regulasi yang menyederhanakan proses administratif dapat mendorong lebih banyak bisnis untuk mendaftar dan melapor.

Pendekatan motivasi dan pendidikan

Memberikan insentif untuk UMKM yang patuh dengan pajak guna melakukan adanya edukasi terkait dengan manfaat pajak guna masyarakat yang bisa menumbuhkan budaya serta kepatihan pajak diatas.

Memperluas dan memperkuat pajak

Ekstensif berarti memperluas jangkauan kepada wajib pajak baru, sedangkan intensifikasi berarti meningkatkan cakupan kepada wajib pajak yang sudah ada.

Memperluas tax base merupakan langkah strategis yang ditujukan tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan pemerintah tetapi juga menciptakan sistem pajak yang lebih adil dan berkelanjutan. Kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sipil dapat mengarah pada perbaikan tax base Mengambil kursus pajak merupakan investasi yang baik bagi individu atau lembaga yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang sistem perpajakan dan perannya dalam pembangunan nasional. Selain meningkatkan pemahaman hukum, kursus ini membantu menciptakan kepatuhan pajak berbasis pengetahuan, bukan sekadar paksaan.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Kursus Pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Kursus Pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Pajak Minimum Global Resmi Berlaku 2025! Siapkah Anda Hadapi Perubahannya?

Pajak Minimum Global Resmi Berlaku 2025! Siapkah Anda Hadapi Perubahannya?

Pelatihan pajak menjadi kunci terbaik bagi Anda yang ingin menambah ilmu tentang kebijakan pajak. Karena didalam pelatihan pajak Anda akan memperoleh materi mengenai perundang-undangan pajak. Namun, tentunya menambah pengetahuan pajak melalui ulasan berikut ini juga sama pentingnya. Pemerintah juga menekankan evolusi implementasi global minimum tax (GMT) dan kemungkinan dampaknya terhadap Indonesia dalam dokumen Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2026. Berbagai faktor seperti ini terlebih yang terhubung dengan kebijakan insentif pajak, strategi investasi asing, dan respon penolakan AS atau Amerika Serikat. Artikel berikut ini akan membahas lebih dalam.

Mengapa Global Minimum Tax (GMT) Penting, dan Apa Artinya?

Kerangka Kerja Inklusif OECD/G20 meluncurkan program BEPS 2.0 (Base Erosion and Profit Shifting), yang mencakup pajak minimum global (GMT). Dengan mencegah pengalihan laba dan erosi dasar, pajak minimum global (GMT) bertujuan untuk mengekang penghindaran pajak oleh perusahaan multinasional. Pajak ini menargetkan perusahaan multinasional yang menghasilkan setidaknya €750 juta dalam pendapatan global setiap tahunnya dan menjamin bahwa mereka membayar pajak dengan tarif efektif minimal 15%. Akan ada pajak top-up yang diterapkan pada selisihnya jika tarif yang dibayarkan kurang dari ini.

Mekanisme Penerapan Pajak Minimum Global (GMT)

Ada tiga strategi utama yang digunakan untuk mengimplementasikan kebijakan pajak minimum global (GMT):

  • Negara tempat penghasilan berasal memberlakukan mekanisme pajak tambahan yang dikenal sebagai Domestic Minimum Top-up Tax (DMTT).
  • Jika negara sumber tidak menerapkan DMTT, tempat domisili entitas induk dapat mengenakan pajak atas pendapatan dari anak perusahaan di luar negeri di bawah Aturan Penyertaan Pendapatan (Revenue Inclusion Rule/RI).
  • Jika negara lain dalam grup perusahaan multinasional tidak memberlakukan DMTT dan IIR, mereka dapat menerapkan pajak tambahan berdasarkan formula distribusi tertentu di bawah Undertaxed Payment Rule (UTPR).

Penerapan GMT di Indonesia Pada tanggal 31 Desember 2024, Indonesia mulai memberlakukan GMT melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 136 Tahun 2024, dengan jadwal penerapan sebagai berikut:

  • 1 Januari 2025, untuk IIR dan DMTT.
  • Untuk UTPR, 1 Januari 2026.

Baca Juga: Target Pajak 2026 Ditetapkan di Tengah Berbagai Tantangan, Bisakah Indonesia Dorong Rasio Pajak?

Setiap wajib pajak yang dipekerjakan oleh perusahaan multinasional dengan omset global minimal €750 juta diwajibkan untuk mengajukan beberapa SPT ke Direktorat Jenderal Pajak (DJP), termasuk pemberitahuan tertulis yang mengidentifikasi entitas subjek pajak dan pemberi informasi GloBE Information Return (GIR). SPT PPh GloBE atau SPT DMTT/UTPR dibutuhkan namun juga tergantung pada rancangan bisnisnya.

Pengaruh terhadap Insentif Pajak di Indonesia

Penerapan pajak ini berdampak langsung pada insentif fiskal yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia. Dampaknya bervariasi sesuai dengan jenis insentifnya, sebagai berikut:

Karena keringanan pajak adalah yang paling berisiko, terdapat saran bagi pemerintah untuk memberikan pengembangan rancangan insentif baru yang lebih memenuhi standar internasional sambil tetap menarik para investor.

Reaksi Internasional terhadap Penolakan AS: Sebagai bagian dari agenda America First Trade Policy, Amerika Serikat (AS) dengan tegas menolak pajak minimum global dan solusi BEPS 2.0 di bawah pemerintahan Donald Trump. Trump menulis hal berikut dalam memo resminya kepada Departemen Keuangan AS:

  • Menolak untuk mendukung konsensus dua pilar OECD: mengamanatkan bahwa dalam waktu 60 hari, Perwakilan Dagang AS (USTR) harus menyerahkan rekomendasi kebijakan.
  • Mekanisme UTPR menjadi target utama keberatan AS, karena dianggap melanggar Pasal 7 Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dan dapat mendiskriminasi perusahaan-perusahaan AS karena klasifikasi GMT sebagai pajak ekstrateritorial.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Pelatihan Pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Pelatihan Pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Menghindari Pajak Berganda: Pemanfaatan P3B dan Keringanan Pajak bagi Wajib Pajak Luar Negeri

Menghindari Pajak Berganda: Pemanfaatan P3B dan Keringanan Pajak bagi Wajib Pajak Luar Negeri

Brevet Pajak – Dalam dunia perpajakan, penting untuk memiliki pemahaman yang komprehensif tentang perjanjian internasional, terutama di era globalisasi yang semakin meningkat. Hal inilah yang menjadikan materi tentang penghindaran pajak berganda menjadi salah satu materi penting dalam studi Brevet pajak, khususnya Brevet tingkat B. Wajib pajak, penasihat pajak, dan praktisi pajak harus sepenuhnya memahami bagaimana perjanjian internasional beroperasi untuk menghindari pajak berganda bagi semua pihak.

Pajak berganda merupakan suatu keadaan di mana pengenaan pajak dilakukan secara bersamaan di dua tempat, yaitu negara tempat penghasilan diterima dan negara tempat tinggal penerima penghasilan. Dalam konteks perpajakan internasional, keadaan ini sangat umum terjadi, terutama untuk jenis penghasilan tertentu seperti dividen, bunga, royalti, jasa, dan penghasilan dari pengalihan aset. Ketika penanam modal atau pelaku usaha asing menerima penghasilan dari Indonesia, maka mereka dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) oleh pemerintah Indonesia dan negara asal. Oleh karena itu, banyak negara, termasuk Indonesia, telah menandatangani Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan negara mitra dagangnya.

P3B adalah perjanjian bilateral yang ditujukan untuk menghindari pajak berganda atas pendapatan lintas batas. Dalam praktiknya, P3B mengatur aturan seperti pengurangan tarif pajak atau pembebasan pajak bagi Badan Pajak Luar Negeri (SPLN) atas penghasilan yang diperoleh dari Indonesia. Ketentuan ini sering disebut sebagai keringanan kontraktual. Namun, untuk memanfaatkan manfaat ini, entitas pajak asing diharuskan membuktikan status kependudukannya di negara mitra P3B dan menyampaikan dokumen pendukung berupa Formulir DGT (Direktorat Jenderal Pajak) yang diisi secara lengkap dan sah.

Materi tentang tata cara pengajuan pembebasan pajak melalui P3B merupakan bagian penting dari modul pelatihan Brevet Pajak karena berhubungan langsung dengan prosedur administratif dan kepatuhan pajak internasional. Dalam praktiknya, otoritas pajak Indonesia, seperti perusahaan nirlaba, hanya dapat menggunakan jumlah P3B jika mereka telah memperoleh sertifikat DGT yang valid.  Apabila formulir tersebut tidak disampaikan atau tidak diisi, maka tarif dalam negeri tetap berlaku, yaitu sebesar 20% untuk dividen atau royalti, yang tentunya lebih tinggi dibandingkan tarif dasar P3B (yaitu sebesar 10% atau 0%).

Jenis pendapatan yang paling umum dalam P3B meliputi dividen, bunga, royalti, biaya untuk layanan teknis dan manajemen, dan pendapatan dari transfer aset. Dengan aturan ini, investor atau pihak asing yang menerima penghasilan dari Indonesia dapat mengurangi beban pajaknya secara signifikan. Hal ini niscaya akan menciptakan iklim investasi yang lebih baik dan memperlancar aliran modal internasional.

Baca Juga: GMT Mulai Berlaku, Insentif Terkoreksi: Bekali Diri Lewat Pelatihan Pajak Profesional di Tax Academy

Namun, meskipun pengecualian pajak ini menawarkan manfaat yang signifikan, untuk mencapainya diperlukan pemahaman yang lebih mendalam tentang seluk-beluk kesepakatan Indonesia. Kegagalan memahami prosedur klaim atau kelalaian dalam melengkapi dokumen pendukung dapat mengakibatkan suku bunga yang lebih tinggi dan sanksi administratif bagi agen pemotong pajak. Oleh karena itu, disarankan bagi para praktisi bisnis dan profesional perpajakan untuk berkonsultasi dengan pihak yang berkompeten guna meningkatkan kepatuhan dan efisiensi pemenuhan kewajiban perpajakan lintas negara melalui pendidikan dan pelatihan Brevet Pajak.

Kesimpulannya, penghindaran pajak berganda tidak berarti penghindaran pajak yang ilegal, melainkan upaya yang sah untuk menjaga keadilan dan efisiensi dalam sistem perpajakan internasional. Dengan memanfaatkan P3B secara baik dan benar, Wajib Pajak Luar Negeri dan Pemotong Pajak di Indonesia dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik tanpa harus menanggung beban pajak yang belum dibayar sebanyak dua kali. Dengan memahami materi ini, yang merupakan bagian dari studi Brevet Pajak, kita dapat menciptakan sistem perpajakan yang lebih adil, transparan, dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Brevet Pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Brevet Pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Target Pajak 2026 Ditetapkan di Tengah Berbagai Tantangan, Bisakah Indonesia Dorong Rasio Pajak?

Target Pajak 2026 Ditetapkan di Tengah Berbagai Tantangan, Bisakah Indonesia Dorong Rasio Pajak?

Sebagai seseorang yang membutuhkan wawasan lebih mengenai kebijakan perundang-undangan perpajakan, tentu saja mengikuti training pajak merupakan salah satu cara terbaik yang bisa dilakukan. Karena dalam training pajak tersebut nantinya anda akan mendapatkan materi tentang ketentuan pajak berdasarkan tingkatan yang diperlukan. Tetapi, tentunya juga tidak kalah penting bagi anda juga mengikuti perkembangan berita perpajakan pada saat ini.

Seperti halnya rancangan berbagai kebijakan pemerintah Indonesia mengenai rasio pajak di tahun 2026. Perintah telah memberikan penetapan terhadap Tax Ratio atau rasio perpajakan di tahun 2026 dalam KEM PPKF 2026, yang mana sebesar 10,08 persen sampai dengan 10,45 persen terhadap PDB atau produk domestik bruto.

Perlu diketahui bahwa angka tersebut dinilai moderat dan relatif stagnan Apabila dibandingkan dengan target yang terdapat di tahun sebelumnya yaitu 2025 yang ada di Kisaran angka 10,24 persen. Kendati demikian, Sri Mulyani Indrawati selaku Menteri Keuangan memberikan penegasan bahwa upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak pada tahun mendatang akan selalu diusahakan dengan seimbang agar tetap menjaga iklim investasi yang lancar. Pendekatan tersebut merupakan hal yang penting dalam strategi fiskal pemerintah saat menghadapi tantangan perekonomian domestik maupun Global yang secara drastis berubah.

Apa Saja Tantangan Domestik dan Global dalam Meningkatkan Rasio Pajak?

Tantangan Domestik

Pemerintah akan menghadapi tantangan secara struktural dari sisi dalam negeri sebagai upaya memberikan peningkatan penerimaan pajak atau rasio pajak tersebut tidak. Formasi ekonomi yang dilakukan dari model konvensional menuju perkembangan teknologi digital belum sepenuhnya dapat diimbangi oleh kemampuan sistem pajak dalam memberikan jangkauan pelaku ekonomi digital. Hal ini berakibat pada adanya risiko penerimaan dari sektor ini yang masih belum tersentuh secara maksimal. Di samping itu, sektor informal yang memberikan betapa besarnya kontribusi dan memberikan peningkatan pada dominasi sektor jasa membuat pelacakan objek pajak menjadi lebih sulit.

Diketahui bahwa terdapat banyak entitas bisnis kecil dan menengah yang belum ikut serta dalam basis data pajak, sehingga hal tersebut memunculkan adanya kesenjangan dalam ekstensifikasi pajak. Dapat diartikan pula bahwa hal tersebut menunjukkan pendekatan konvensional yang tidak lagi cukup, sehingga perlu didukung dengan inovasi Dalam strategi administrasi perpajakan dan pengawasannya.

Baca Juga: Temporer vs Permanen: Dua Koreksi Fiskal yang Bisa Menyelamatkan Anda dari Sanksi Pajak!

Tantangan Global

Upaya dalam memberikan peningkatan pada rasio pajak di tahun-tahun yang akan datang Tentu saja tidak lepas dari banyaknya potensi eksternal yang semakin kompleks. Salah satu tantangan dari peningkatan Tax ration Indonesia secara global yakni ketidakpastian geopolitik Global yang dapat memicu adanya peningkatan proteksionisme antar negara. Keadaan ini akan memunculkan risiko yang mengarah pada perang dagang baru dan dapat menghambat arus perdagangan secara internasional, bahkan hingga menghambat atau menekan perekonomian negara berkembang seperti Indonesia sendiri.

Di sisi lain, laju pertumbuhan ekonomi secara global yang mengalami perlambatan, pengetatan kebijakan moneter pada banyak negara, dan harga komoditas yang relatif melemah ikut menciptakan adanya tekanan pada pasar keuangan secara global.

Ketika faktor tersebut menyumbang dampak secara langsung pada volatilitas harga komoditas, yang nantinya akan menciptakan tekanan pada kurs rupiah, tingkat inflasi, sekaligus suku bunga dalam negeri. Sebagai upaya untuk memberikan respon pada berbagai tantangan ini, tentu dibutuhkan keberlanjutan agenda reformasi pajak. Sangat penting bagi pemerintah untuk memastikan bahwa program reformasi yang sedang berjalan bisa dijalankan dengan konsisten, efektif, adaptif, dan progresif terhadap perubahan zaman sebagai upaya memberikan penguatan pada kondisi fiskalnya.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Training Pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Training Pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

GMT Mulai Berlaku, Insentif Terkoreksi: Bekali Diri Lewat Pelatihan Pajak Profesional di Tax Academy

GMT Mulai Berlaku, Insentif Terkoreksi: Bekali Diri Lewat Pelatihan Pajak Profesional di Tax Academy

Pelatihan Pajak – Pada dokumen kerangka ekonomi makro serta pokok pada kebijakan fiskal 2026, pemerintah turut mencermati perkembangan pada implementasi pada minimum global, serta potensi dampak di Indonesia, khususnya pada hal kebijakan insentif pajak dan strategi menarik investasi asing. Langkah ini juga mempertimbangkan dinamika global, termasuk penolakan dari Amerika Serikat terhadap Pilar 1 dari kesepakatan GMT.

Dalam konteks ini, penguatan kapasitas sumber daya manusia melalui pelatihan pajak menjadi penting, agar aparat pajak, pelaku usaha, dan konsultan perpajakan nasional dapat memahami perubahan lanskap fiskal internasional dan meresponsnya secara tepat dan strategis.

Apa itu Pajak Minimum Global / Global Minimum Tax (GMT) dan Mengapa itu Penting?

Pajak Minimum Global atau Global Minimum Tax (GMT) merupakan bagian dari inisiatif BEPS 2.0 (Pengikisan Basis dan Pengalihan Laba) yang dikembangkan oleh Kerangka Kerja Inklusif OECD/G20. Tujuan dari Pajak Minimum Global atau Global Minimum Tax (GMT) adalah untuk mengekang praktik penghindaran pajak oleh perusahaan multinasional melalui pemindahan laba dan penyempitan basis pajak. Program ini menargetkan perusahaan multinasional dengan omset global tahunan setidaknya €750 juta dan membayar tarif pajak 15%.. Jika tarif yang dibayarkan kurang dari ambang batas ini, pajak tambahan (biaya tambahan) mungkin berlaku atas selisihnya.

Mekanisme Pelaksanaan Pajak Minimum Global

Kebijakan Pajak Minimum Global dilaksanakan melalui tiga skema utama, yaitu:

  • Pajak Pertambahan Nilai Domestik adalah mekanisme pajak tambahan yang dikenakan langsung oleh negara tempat pendapatan dihasilkan.
  • Aturan Penyertaan Pendapatan adalah mekanisme yang memungkinkan negara tempat tinggal entitas pusat untuk mengenakan pajak atas pendapatan dari entitas asing asalkan negara sumber tidak menerapkan Pajak Pertambahan Nilai Domestik.
  • Aturan Kekurangan Pembayaran Pajak merupakan mekanisme di mana negara lain dalam kelompok perusahaan multinasional tidak mengenakan Pajak Pertambahan Nilai Domestik dan Aturan Penyertaan Pendapatan, berdasarkan rumus pajak mereka.

Penerapan pajak minimum global atau Global Minimum Tax (GMT), yang disepakati dalam kerangka inklusif OECD/G20, telah memberikan dampak signifikan terhadap strategi fiskal negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Dengan menetapkan tarif pajak minimum global sebesar 15% untuk perusahaan multinasional dengan pendapatan terkonsolidasi, GMT membatasi efektivitas insentif pajak tidak langsung, yang telah lama menjadi salah satu alat utama pemerintah untuk menarik investasi asing.

Baca Juga: Mengenal Tax Base dalam Setiap Jenis Pajak di Indonesia

Hingga saat ini, berbagai bentuk insentif fiskal seperti libur pajak, kredit pajak, dan peluang pengurangan tarif pajak telah digunakan di Indonesia untuk menciptakan iklim investasi yang kompetitif. Namun, dengan diperkenalkannya aturan GMT, ada risiko bahwa insentif ini tidak akan memberikan manfaat nyata bagi perusahaan multinasional. Sebab, jika tarif pajak efektif yang diterima di Indonesia berada di bawah ambang batas GMT, maka perusahaan tersebut dapat dikenakan pajak tambahan dari negara asal (tax surcharge) yang pada akhirnya akan menetralisir manfaat fiskal yang diberikan oleh Indonesia.

Dalam konteks ini, penting untuk memberikan pelatihan pajak kepada para pemangku kepentingan untuk memberi mereka pemahaman tentang mekanisme GMT, termasuk dampaknya terhadap desain insentif pajak dan strategi kepatuhan internasional. Tanpa peningkatan kesadaran pajak melalui pelatihan terstruktur, ada peningkatan risiko kesalahpahaman dan ketidaksiapan kebijakan.

Oleh karena itu, Indonesia perlu mengubah arah kebijakan insentifnya. Mengandalkan tarif pajak yang rendah tidak lagi menjadi strategi utama untuk bersaing mendapatkan investasi. Fokusnya sekarang harus bergeser ke aspek non-pajak seperti peningkatan infrastruktur, kemudahan berbisnis, kepastian hukum, dan kualitas sumber daya manusia.

Selain itu, pemerintah juga harus memperkenalkan kembali bentuk insentif yang lebih selektif dan tidak bertentangan dengan prinsip GMT, termasuk insentif yang ditawarkan kepada perusahaan dalam negeri atau sektor yang tidak tercakup oleh rezim pajak minimum global. Dengan pemahaman menyeluruh tentang dampak GMT dan pelatihan perpajakan yang memadai, Indonesia memiliki potensi untuk tetap kompetitif tanpa bergantung pada insentif fiskal konvensional.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Pelatihan Pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Pelatihan Pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Temporer vs Permanen: Dua Koreksi Fiskal yang Bisa Menyelamatkan Anda dari Sanksi Pajak!

Temporer vs Permanen: Dua Koreksi Fiskal yang Bisa Menyelamatkan Anda dari Sanksi Pajak!

Apakah pada saat ini anda sedang ingin meningkatkan skill perpajakan anda? Maka, kursus pajak bisa menjadi salah satu penentu yang paling efektif. Dapat dipastikan bahwa skill perpajakan anda akan meningkat setelah mengikuti kursus pajak. Namun, ada juga bisa menambah skill perpajakan anda dengan mengikuti berbagai berita perpajakan pada saat ini.

Merupakan hal yang normal bagi prosedur akuntansi dan pajak untuk membedakan antara laba fiskal dan laba komersial. Masalah-masalah seperti ini dapat terjadi karena undang-undang perpajakan dan standar akuntansi menggunakan metode yang berbeda. Beberapa solusi fiskal, seperti mengubah laporan keuangan agar sesuai dengan undang-undang perpajakan, akan diperlukan untuk mengatasi jenis perbedaan ini.

Perlu diketahui bahwa penyesuaian anggaran terbagi dalam dua kategori utama: koreksi sementara dan perbaikan permanen. Pemahaman dari kedua jenis koreksi fiskal tersebut Tentu saja sangat penting karena digunakan untuk memastikan kepatuhan pajak, menghindari kesalahan dalam menghitung pajak, serta pada saat Menyajikan laporan keuangan yang lazim.

Mengenai Koreksi Fiskal

Koreksi fiskal adalah proses dalam memberikan penyesuaian terhadap laba komersial atau Menurut standar akuntansi yang fungsinya adalah untuk mendapatkan laba fiskal yakni penghasilan kena pajak sesuai dengan kebijakan pajak yang berlaku. Diketahui bahwa koreksi fiskal ini dilakukan terhadap berbagai pos yang ada pada laporan laba rugi dan secara komersial dibenarkan, namun tidak diakui maupun dibatasi berdasarkan perundang-undangan perpajakan.

Pada umumnya, koreksi ini dilakukan saat proses rekonsiliasi fiskal, yang mana merupakan bagian utama dari pengisian surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan badan. Gambaran umum tentang perbedaan antara sistem akuntansi dan perpajakan-yang mungkin bersifat sementara, permanen, atau tetap-diberikan oleh rekonsiliasi fiskal ini.

Penyesuaian Fiskal Jangka Panjang

Praktik memodifikasi pos-pos laporan keuangan atau transaksi yang tidak diakui secara permanen oleh sistem perpajakan dikenal sebagai perbaikan fiskal permanen. Hal ini dapat diartikan bahwa perbedaan tersebut tidak akan diperbaiki atau dibalik pada periode berikutnya, sebab mempunyai sifat yang tetap sehingga koreksi permanen ini tidak memberikan pengaruh pada liabilitas pajak tanggungan maupun aset.

Baca Juga: Ketahui Alasan DJP Fokus pada Program Kepatuhan Sukarela Pajak!

Berikut ini adalah beberapa contoh dari koreksi permanen:

  • Contoh yang pertama adalah biaya yang tidak bisa dikurangkan atau yang termasuk dalam non deductible expenses diantaranya seperti biaya pribadi, denda pajak, dan sumbangan yang tidak memenuhi kebijakan.
  • Penghasilan yang tidak dibebankan perpajakan atau yang termasuk dalam non taxable income diantaranya seperti bunga yang diperoleh dari obligasi negara bebas pajak, hibah tertentu, maupun pembebasan utang dalam kondisi tertentu.
  • Perbaikan permanen ini dikenal sebagai perbedaan akhir yang tidak akan berdampak pada perhitungan pajak selanjutnya.

Penyesuaian Fiskal Jangka Pendek

Perlakuan pajak dan akuntansi yang akan dibalik pada periode berikutnya tidak sama dengan perbaikan fiskal sementara ini, yang berbeda dari perbaikan fiskal permanen. Atau dapat dikatakan bahwa perbedaan ini hanya bersifat sementara dan pada akhirnya akan direkonsiliasi.

  • Cadangan piutang yang tidak tertagih dan diakui dalam akuntansi, namun belum tentu akan diakui secara fiskal.
  • Penghasilan yang diperoleh dimuka yang sudah dibebankan perpajakan namun belum diakui sebagai penghasilan secara akuntansi.

Implikasi Praktis

DJP akan memeriksa dengan seksama alasan di balik koreksi yang dilakukan dalam prosedur pemeriksaan pajak. Dokumentasi yang tidak memadai dapat mengakibatkan perubahan keuangan atau hukuman administratif yang merugikan bisnis. Koreksi sementara lebih rumit karena harus mengantisipasi waktu pembalikan dan dampaknya terhadap posisi keuangan perusahaan dalam akuntansi, menurut sebuah studi tahun 2019 oleh Nugroho dan Putri yang diterbitkan dalam Accounting and Taxation Review.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti kursus pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti kursus pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Mengenal Tax Base dalam Setiap Jenis Pajak di Indonesia

Mengenal Tax Base dalam Setiap Jenis Pajak di Indonesia

Training Pajak – Dalam dunia perpajakan, memahami dasar pengenaan pajak atau basis pajak menjadi kunci penting dalam menentukan dan menghitung pajak. Oleh karena itu, sejumlah departemen atau lembaga saat ini sudah menyelenggarakan training pajak untuk meningkatkan pemahaman masyarakat, pelaku usaha, dan pegawai negeri sipil tentang konsep-konsep penting dalam sistem perpajakan, termasuk basis pajak untuk semua jenis pajak.

Secara sederhana, dasar kena pajak adalah objek atau nilai dasar dari objek kena pajak. Dengan kata lain, basis pajak adalah acuan atau dasar untuk menghitung pajak. Setiap jenis pajak memiliki dasar pengenaan pajak yang berbeda-beda, tergantung pada ketentuan yang mengaturnya dan karakteristik objek pajaknya.

Jenis-Jenis Pajak di Indonesia dan Dasar Pengenaannya

Untuk lebih memahami basis pajak, mari kita definisikan jenis pajak di Indonesia dan dasar pengenaannya.

Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak penghasilan mengenakan pajak atas pendapatan yang diperoleh atau diterima pembayar pajak selama tahun pajak tertentu. Pajak PPh dihitung berdasarkan penghasilan neto, yaitu dikurangi dengan biaya-biaya yang diperbolehkan sesuai ketentuan perpajakan.

Contoh pendapatan yang termasuk dalam PPx meliputi gaji, royalti, laba bisnis, bunga, dividen, dan sewa. Tarif pajak dihitung berdasarkan tarif progresif yang ditentukan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

PPN dikenakan atas konsumsi barang dan jasa kena pajak di dalam negeri. Dasar pajak PPN adalah harga penjualan atau imbalan yang diterima oleh penjual untuk pengiriman barang dan jasa. Misalnya, jika suatu barang dijual seharga Rs 10.000.000, pajak didasarkan pada jumlah tersebut dan pajak dihitung sebesar 11% dari nilai tersebut (tergantung pada nilai tukar yang berlaku saat ini).

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

PBB bergantung pada kepemilikan atau penggunaan tanah dan/atau bangunan. Dasar pengenaan pajak PBB adalah Harga Jual Objek Kena Pajak (NJOP) yang ditetapkan oleh pemerintah daerah berdasarkan nilai pasaran bumi dan bangunan. Tarif pajak biasanya dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penghasilan kena pajak setelah dikurangi Pajak Penghasilan Tidak Kena Pajak (NJOPTKP).

Baca Juga: Self-Assessment dan Kepatuhan Sukarela: Mewujudkan Sistem Pajak yang Efisien dan Transparan

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

BPHTB menekankan pada pembelian hak atas tanah dan bangunan. Dasar pengenaan pajaknya adalah harga perolehan Objek Kena Pajak (NPOP), seperti nilai transaksi atau nilai pasar. Seperti PBB, BPHTB mengenakan denda tertentu setelah menghapus Jenis Barang Kena Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP).

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

PCB dipasang untuk kepemilikan kendaraan. Basis pajak PCB adalah harga jual nasional (NJKB) kendaraan bermotor yang ditetapkan oleh pemerintah provinsi berdasarkan nilai pasar kendaraan tersebut.

Dalam praktiknya, banyak peserta training pajak percaya bahwa penting untuk memahami perbedaan basis pajak antara berbagai jenis pajak untuk menghindari kesalahan dalam perhitungan dan pelaporan pajak, baik untuk individu maupun bisnis. Kesalahan dalam memahami objek pajak dan dasar pengenaan pajak dapat menimbulkan kesalahan yang merugikan dalam penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) serta pengenaan sanksi administratif.

Mengapa Penting untuk Memahami Basis Pajak?

Pemahaman menyeluruh tentang basis pajak penting bagi semua wajib pajak karena:

  • Untuk mencegah kesalahan perhitungan pajak. Jika Anda menetapkan dasar pajak yang salah, jumlah kena pajak mungkin salah.
  • Memudahkan pelaporan pajak. Wajib pajak akan lebih yakin dalam mengisi SPT-nya.
  • Menghindari sanksi. Kesalahan pelaporan pajak dapat mengakibatkan denda atau audit pajak.

Selain itu, memahami basis pajak dapat membantu bisnis mengembangkan strategi keuangan dan pajak yang lebih efektif dan legal. Bagi mereka yang ingin mendalami konsep ini lebih dalam, mengambil pendidikan pajak adalah langkah yang tepat. Pelatihan ini tidak hanya mencakup teori tetapi juga memberikan fakta dan praktik yang sangat berguna dalam aplikasi sehari-hari. Melalui edukasi perpajakan diharapkan masyarakat menjadi lebih terinformasi dan mampu melaksanakan pajak secara mandiri, akurat, dan bertanggung jawab.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Training Pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Training Pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Ketahui Alasan DJP Fokus pada Program Kepatuhan Sukarela Pajak!

Ketahui Alasan DJP Fokus pada Program Kepatuhan Sukarela Pajak!

Brevet pajak dapat menjadi salah satu solusi Jika Anda pada saat ini sedang ingin meningkatkan skill di bidang perpajakan. Sebab, dalam kelas perpajakan seperti brevet pajak ini anda akan mendapatkan begitu banyak materi tentang kebijakan perundang-undangan pajak yang berlaku di Indonesia. Namun, tentu saja juga penting bagi anda untuk selalu mengikuti perkembangan berita pajak hangat yang ada di Indonesia, seperti halnya yang akan dibahas dalam ulasan berikut ini. DJP atau Dirjen Pajak yang merupakan institusi yang mengelola penerimaan negara terbesar yaitu pajak, selalu berusaha untuk meningkatkan pendekatan kebijakan yang lebih adaptif dan semakin berkelanjutan.

Mendorong kepatuhan sukarela atau yang seringkali disebut dengan voluntary tax compliance merupakan salah satu strategi utama yang digencarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam beberapa tahun terakhir. Kebijakan yang satu ini sangat relevan dalam hal perpajakan dengan sistem yang dimiliki oleh Indonesia yang menganut asas self assessment. Sudah bukan rahasia lagi bahwa sistem tersebut sangat memudahkan wajib pajak karena wajib pajak diberikan tanggung jawab secara penuh untuk melakukan penghitungan, pembayaran, bahkan hingga pelaporan kewajiban pajaknya dengan cara mandiri. Dalam sistem pajak Indonesia tersebut, kepatuhan sukarela menjadi dasar penting untuk memberikan kepastian terhadap keadilan, Efisiensi, dan efektivitas dalam pemungutan pajak.

Memahami Arti Penting Sistem Self Assessment

Kepatuhan sukarela ini mengarah keadaan saat wajib pajak memberikan pemenuhan kewajiban perpajakannya dengan cara yang sadar, tanpa adanya paksaan, dan didorong juga dari kesadaran hukum maupun tanggung jawab sosial. Dalam hal self assessment system, tingkat keberhasilan dalam pemungutan pajak tentu saja bergantung secara utuh pada seberapa besar tingkat kepatuhan yang bisa diwujudkan oleh wajib pajak. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa pilar utama sistem perpajakan yang ada di Indonesia adalah berasal dari kepatuhan sukarela.

  • Efisiensi penerimaan negara: Biaya administrasi yang diberikan terhadap pemungutan pajak bisa dilakukan dengan lebih rendah dan dengan hasil yang juga lebih maksimal Apabila wajib pajak patuh tanpa adanya paksaan.
  • Mewujudkan tanggung jawab dan kesadaran warga negara: Pajak merupakan kontribusi wajib bagi masyarakat atau warga negara untuk memberikan pembiayaan terhadap pembangunan negara pula. Pada saat dibayar dengan cara sukarela, maka hal tersebut menggambarkan adanya kematangan dari sikap kewarganegaraan.
  • Mengurangi ketergantungan terhadap penegakan hukum: Apa Tuhan yang dilakukan secara sukarela dapat dipastikan akan meminimalkan keperluan atas tindakan Represif seperti penagihan, pemeriksaan, maupun penyidikan.

Baca Juga: Kenali 2 Fungsi Utama Pajak: Fungsi Budgetair dan Fungsi Regulerend

  • Menciptakan persaingan usaha yang sehat: Ketika warga negara mempunyai kepatuhan yang merata, maka dapat memberikan peningkatan pada keadilan fiskal, menciptakan level playing Field untuk pelaku bisnis, dan menghindarkan praktik penghindaran pajak
  • Menjaga stabilitas fiskal dalam jangka panjang: Pada saat sebuah negara mempunyai penerimaan pajak yang stabil, maka bisa diprediksikan bahwa hal tersebut akan memberikan ruang fiskal yang semakin kuat untuk sebuah negara tersebut dalam melakukan perencanaan pembangunan yang lebih baik.

Strategi yang Dapat Dilakukan DJP untuk Meningkatkan Kepatuhan Sukarela

Direktorat Jenderal Pajak bukan hanya mengandalkan penegakan hukum saja untuk memperkuat budaya kepatuhan sukarela, namun juga melakukan berbagai pendekatan secara pelayanan, edukatif, dan teknologi. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak seperti halnya melakukan edukasi dan literasi pajak, meningkatkan administrasi pajak secara digitalisasi dan modernisasi, meningkatkan kepercayaan publik dan memberikan pengawasan yang berbasis risiko, serta memfasilitasi program pengungkapan sukarela.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Brevet Pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Brevet Pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Pajak Substitusi dan Aplikasinya dalam Ekonomi

Self-Assessment dan Kepatuhan Sukarela: Mewujudkan Sistem Pajak yang Efisien dan Transparan

Kursus Pajak – Sebagai salah satu institusi yang mengelola penerimaan negara terbesar, DJP mengembangkan pendekatan kebijakan adaptif serta berkelanjutan. Salah satunya adalah strategi utama DJP dalam beberapa tahun terakhir dengan mendorong kepatuhan sukarela. Dalam kebijakan ini akan menjadi sangat relevan pada konteks sistem pajak di Indonesia dengan menganut asas self-assessment, para pelaku pajak dianjurkan untuk dapat mengikuti program edukasi dan kursus pajak untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran wajib pajak terhadap hak dan kewajibannya.

Pada sistem ini wajib pajak diberikan tanggung jawab penuh guna menghitung, melaporkan, serta membayar kewajiban perpajakan dengan mandiri. Pada sistem ini kepatuhan sukarela akan menjadi fondasi utama guna memastikan efisiensi, efektivitas, serta keadilan pada pemungutan pajak.

Arti Penting Kepatuhan Sukarela dalam Sistem Self-Assessment

Dalam kepatuhan sukarela ini berdasarkan pada kondisi mereka saat wajib pajak ememnuhi kewajiban perpajakannya dengan sadar, tanpa adanya paksaan, serta didorong pada kesadaran hukum serta tanggung jawab sosial. Pada konteks sistem ini, keberhasilan dalam pemungutan pajak sangat bergantung pada berapa besar tingkat kepatuhan yang dapat diwujudkan.

Beberapa alasan mengapa kepatuhan sukarela ini menjadi tonggak utama pada sistem perpajakan di Indonesia:

Efisiensi pendapatan publik

Pemungutan pajak dapat dilaksanakan dengan biaya administrasi yang lebih rendah dan dapat menghasilkan hasil yang lebih baik jika wajib pajak dipaksa untuk mematuhinya.

Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab warga negara

Pajak merupakan kontribusi warga negara untuk pembangunan keuangan. Ketika ada pembayaran sukarela, itu mencerminkan sikap kewarganegaraan.

Mengurangi ketergantungan pada penegakan hukum

Kepatuhan sukarela mengurangi perlunya tindakan pemaksaan, seperti inspeksi, investigasi, atau penagihan.

Menciptakan persaingan bisnis yang sehat

Penegakan hukum yang setara dapat meningkatkan integritas fiskal, mencegah praktik penghindaran pajak, dan menciptakan persaingan yang setara bagi bisnis.

Menjaga stabilitas fiskal jangka panjang

Pendapatan pajak yang stabil dan dapat diprediksi akan menciptakan ruang fiskal yang lebih kuat bagi negara dalam merencanakan pembangunan.

Baca Juga: Pajak Substitusi dan Aplikasinya dalam Ekonomi

Strategi DJP dalam Mendorong Kepatuhan Sukarela

Untuk memperkuat budaya kepatuhan sukarela, Direktorat Jenderal Pajak melakukan pendekatan riset, pelayanan, dan teknologi di samping lembaga penegak hukum. Strategi implementasi utama meliputi:

Pendidikan dan Literasi Pajak

Banyak program seperti kursus pajak yang berjalan untuk meningkatkan kesadaran pajak sejak usia muda. Penelitian ini ditujukan untuk mahasiswa, mahasiswa pascasarjana, pemberi kerja dan masyarakat umum.

Digitalisasi dan Modernisasi Manajemen

Layanan pajak seperti e-Filing, e-Billing, dan e-Form, sekarang Coretax terintegrasi untuk memudahkan pelaporan dan pembayaran pajak. Kemudahan ini mendorong wajib pajak lebih fleksibel dalam memenuhi kewajibannya.

Moralitas Pajak dan Kepercayaan Publik

Direktorat Pusat Perpajakan memahami bahwa tingkat kepercayaan publik memiliki dampak yang signifikan terhadap kepatuhan. Oleh karena itu, Direktorat Pusat Pajak berkomitmen untuk mewujudkan transparansi, akuntabilitas, dan memperkuat citra instansi sebagai penyelenggara pajak yang jujur ​​dan profesional.

Pengendalian berbasis risiko (manajemen risiko kepatuhan)

Dengan pendekatan ini, wajib pajak yang memiliki risiko ketidakpatuhan lebih tinggi diprioritaskan, sedangkan wajib pajak yang lain diperlakukan kurang baik. Pendekatan ini menekankan prinsip efisiensi dan keadilan.

Program Pengungkapan Sukarela (PPS)

APPS yang dilaksanakan pada tahun 2022 adalah contoh nyata insentif kepatuhan sukarela. Program ini mendorong pembayar pajak untuk membuka aset tak terbatas dengan tarif yang menguntungkan dan menghapus sanksi tertentu. PPS telah terbukti menjadi dasar untuk membangun basis data pajak dan memperkuat kepatuhan jangka panjang.

Dalam sistem perpajakan Indonesia yang menganut asas self-assessment, kepatuhan sukarela menjadi fondasi utama untuk menciptakan sistem yang efisien, adil, dan berkelanjutan. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terus berupaya meningkatkan kepatuhan ini melalui strategi yang terintegrasi, mencakup edukasi pajak, digitalisasi layanan, penguatan moralitas dan kepercayaan publik, serta pendekatan manajemen risiko.

Program seperti kursus pajak dan Program Pengungkapan Sukarela (PPS) menjadi instrumen penting dalam menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab wajib pajak. Dengan partisipasi aktif masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela, maka stabilitas fiskal negara akan lebih terjaga dan tujuan pembangunan nasional dapat lebih mudah tercapai.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Kursus Pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Kursus Pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Kenali 2 Fungsi Utama Pajak: Fungsi Budgetair dan Fungsi Regulerend

Kenali 2 Fungsi Utama Pajak: Fungsi Budgetair dan Fungsi Regulerend

Pelatihan pajak dapat Anda ikuti jika sedang membutuhkan pemahaman lebih mendalam mengenai ketentuan perpajakan. Sebab, pelatihan pajak akan membantu Anda dengan memberikan materi perundang-undang pajak dan Salah satu komponen penting dalam kerangka kerja keuangan negara adalah perpajakan.

Pajak memiliki tujuan lebih dari sekadar mengumpulkan uang karena pajak merupakan pembayaran yang diwajibkan oleh masyarakat kepada pemerintah. Lebih jauh lagi, pajak memiliki tujuan strategis dalam mendorong pertumbuhan nasional dan mengendalikan perekonomian. Terdapat dua peran utama pajak yang sangat penting untuk dipahami adalah fungsi budgetair (anggaran) dan fungsi regulerend (mengatur).

Fungsi Budgetair (Fungsi Anggaran)

Fungsi budgetair adalah peran pajak sebagai sumber pendanaan bagi suatu negara. Negara membutuhkan dana untuk menjalankan semua tugasnya, termasuk operasional dan pembangunan berskala besar. Pada kenyataannya, pajak membiayai pengeluaran rutin negara termasuk gaji pegawai, bahan operasional, dan pemeliharaan infrastruktur dan fasilitas milik negara. Sementara itu, tabungan pemerintah digunakan untuk membiayai inisiatif-inisiatif pembangunan nasional termasuk kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Oleh karena itu, kemampuan negara untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan akan diperkuat oleh peningkatan penerimaan pajak.

Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak adalah instrumen penting untuk mengelola perekonomian negara selain menyediakan dana bagi pemerintah. Pajak adalah alat yang digunakan oleh pemerintah untuk mengarahkan dan mengatur kebijakan sosial dan ekonomi. Pajak memiliki beberapa kegunaan, termasuk menjaga bisnis dalam negeri, mendorong investasi, dan mengurangi inflasi. Sebagai contoh, pemerintah dapat menawarkan keringanan atau pembebasan pajak kepada investor yang mendirikan perusahaan di industri atau wilayah geografis tertentu untuk menarik investasi. Namun, untuk melindungi produk dalam negeri, pemerintah dapat mengenakan pajak impor yang cukup besar untuk barang-barang impor.

Mengapa Penting untuk Memahami Fungsi Pajak?

Sangat penting untuk memahami bagaimana pajak bekerja, terutama bagi mereka yang terlibat dalam kegiatan ekonomi. Orang dapat memenuhi komitmen pajak mereka dengan lebih sadar dan bertanggung jawab jika mereka memahami peran pajak. Selain itu, pengetahuan yang lebih baik tentang fungsi pajak akan meningkatkan rasa tanggung jawab warga negara untuk berkontribusi pada kemajuan negara dan mendorong kepatuhan sukarela.

Baca Juga: Rahasia di Balik Putusan Pengadilan Pajak: Dissenting Opinion yang Mengubah Segalanya!

Contoh Dunia Nyata dalam Menerapkan Fungsi Pajak

Contoh Fungsi Anggaran

Pajak membiayai gaji polisi, militer, dan pegawai negeri sipil serta pembangunan sekolah, rumah sakit, dan jalan tol.

Contoh Fungsi Regulerend

Pemerintah memberlakukan pajak karbon dan memberikan diskon tarif pajak penghasilan final kepada UMKM sebagai upaya untuk menurunkan emisi dan mendorong penggunaan energi terbarukan.

Jenis Pajak untuk Tujuan Anggaran dan Reguler

Penerapan beberapa bentuk pajak sangat penting bagi operasi reguler dan anggaran Indonesia.

Berikut adalah beberapa contohnya:

Pajak Penghasilan (PPh)

Sumber utama pendanaan pemerintah adalah berasal dari pajak penghasilan (PPh), yang tujuannya adalah digunakan sebagai anggaran. Pengeluaran rutin pemerintah, peningkatan infrastruktur, dan inisiatif sosial semuanya didanai oleh pajak penghasilan. Selain itu, beberapa peraturan menawarkan insentif investasi atau tarif progresif untuk mendanai operasi reguler.

PPN

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang diterapkan setiap kali barang dan jasa diperdagangkan selama proses pembelian dan penjualan.

Karena sifatnya yang konsumtif, pajak ini memiliki dua fungsi: mengumpulkan uang negara (fungsi budgetair) dan dapat digunakan untuk mengontrol konsumsi masyarakat dengan menyesuaikan tarif (fungsi regulerend).

Bea dan Cukai Impor

Fungsi regulerend mencakup tarif impor dan cukai karena mereka dirancang untuk melindungi barang-barang dalam negeri dan mengendalikan penggunaan komoditas yang berdampak negatif pada masyarakat dan lingkungan.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Pelatihan Pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Pelatihan Pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.