PPN Tiket Pesawat Dipotong, Mudik Lebaran 2025 Jadi Lebih Ringan

PPN Tiket Pesawat Dipotong, Mudik Lebaran 2025 Jadi Lebih Ringan

Pelatihan pajak bisa menjadi solusi bagi Anda yang sedang membutuhkan wawasan yang lengkap tentang kebijakan pajak yang berlaku di Indonesia. Bahkan pelatihan pajak juga akan membantu wajib pajak untuk lebih mudah mengelola kewajiban pajak. Tentunya mengetahui berita perpajakan terbaru akan sangat penting untuk membantu Anda dalam mengurus perpajakan lebih efisien. Pada periode mudik Lebaran 2025, pemerintah telah menerapkan program diskon pajak pertambahan nilai (PPN) untuk tiket pesawat kelas ekonomi domestik sebagai upaya mendorong mobilitas masyarakat. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 18 Tahun 2025 yang resmi ditandatangani pada 1 Maret 2025 memuat insentif ini.

Menurut peraturan tersebut, 6% dari keseluruhan tarif PPN yang diterapkan untuk pembelian tiket pesawat berbiaya hemat domestik akan ditanggung oleh pemerintah. Hasilnya, wisatawan hanya perlu membayar PPN 5%, yang berdampak langsung pada penurunan harga tiket pesawat sebesar 13%-14%.

Bagaimana Kondisi dan Berapa Lama Diskon Pajak?

Keringanan pajak ini hanya berlaku untuk waktu penerbangan dan pembelian tiket tertentu.

  • Periode pembelian tiket adalah 1 Maret 2025 hingga 7 April 2025.
  • Sedangkan periode penerbangannya adalah 24 Maret 2025-7 April 2025.

Perlu dicatat bahwa program insentif ini tidak berlaku untuk tiket yang dibeli sebelum 1 Maret 2025. Oleh karena itu, bagi Anda yang ingin mendapatkan keuntungan dari strategi ini, disarankan untuk membeli tiket sesegera mungkin dalam waktu yang telah ditentukan.

Dampak Kebijakan terhadap Harga Tiket Pesawat

Diperkirakan bahwa kebijakan ini akan mengakibatkan penurunan yang cukup besar pada harga tiket pesawat domestik. Contoh simulasi yang digunakan untuk menentukan harga tiket dengan menggunakan insentif pajak adalah sebagai berikut:

Tanpa Insentif (Rp)

  • Harga Tiket Dasar Rp1.500.000
  • PPN 11% = Rp165.000
  • Total Harga Tiket = Rp1.665.000

Dengan Insentif (Rp)

  • Harga Tiket Dasar Rp1.500.000
  • Tanpa PPN 11%
  • PPN ditanggung pemerintah (6%) = Rp90.000
  • PPN ditanggung penumpang (5%) = Rp75.000
  • Total Harga Tiket = Rp1.575.000

Tergantung dari harga tiket dasar maskapai penerbangan, Anda bisa menghemat sekitar Rp90.000 untuk setiap tiket dengan penawaran ini.

Baca Juga: Pajak, Hibah, dan Transfer Dana: Bagaimana PMK 122/2024 Mengatur Transaksi Non-Pertukaran?

Alasan Pemerintah Memberikan Insentif Pajak

Tiket Pesawat Menurut PMK 18 Tahun 2025, kebijakan ini dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan meringankan beban masyarakat yang akan melakukan perjalanan ke kampung halaman untuk mudik Lebaran 2025. Dengan meningkatnya jumlah penumpang, diharapkan sektor transportasi udara akan berkembang lebih cepat, yang akan menguntungkan perekonomian domestik dan sektor pariwisata. Selain itu, kebijakan ini juga diharapkan dapat mengurangi kepadatan lalu lintas darat dengan mendorong masyarakat untuk beralih ke moda transportasi yang lebih cepat dan efisien, seperti tiket pesawat.

Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) juga menekankan pentingnya kesiapan infrastruktur selama masa mudik, dengan mengatakan bahwa pemerintah akan memastikan bahwa jalan tol dan jalan non-tol dalam keadaan yang maksimal, serta memberikan penyediaan posko keamanan dan layanan kesehatan di titik-titik rawan kecelakaan. Salah satu program utama adalah mudik gratis yang diselenggarakan oleh Kementerian Perhubungan dan Kementerian BUMN, yang akan memberikan 100.000 tiket gratis untuk pemudik yang menggunakan bus, kereta api, dan kapal laut.

Untuk tiket pesawat ekonomi domestik yang dibeli antara tanggal 1 Maret hingga 7 April 2025, dengan rencana perjalanan dari tanggal 24 Maret hingga 7 April 2025, pemerintah menawarkan insentif penghematan pajak PPN melalui PMK No. 18 Tahun 2025. Masyarakat yang akan melakukan perjalanan mudik kini dapat membeli tiket pesawat berkat kebijakan ini.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Pelatihan Pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Pelatihan Pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Insentif Pajak untuk Tiket Pesawat Ekonomi Domestik

Insentif Pajak untuk Tiket Pesawat Ekonomi Domestik

Pelatihan pajak merupakan bagian penting dalam memahami berbagai kebijakan perpajakan yang diterapkan oleh pemerintah. Salah satu kebijakan yang sedang menjadi sorotan adalah insentif pajak untuk tiket pesawat kelas ekonomi domestik. Kebijakan ini bertujuan untuk memberikan keringanan bagi masyarakat yang menggunakan transportasi udara serta mendukung pemulihan ekonomi nasional pasca-pandemi. Dengan adanya insentif pajak ini, diharapkan harga tiket pesawat menjadi lebih terjangkau sehingga mobilitas masyarakat dapat meningkat.

Pemerintah menyadari bahwa sektor penerbangan merupakan salah satu pilar utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya insentif pajak, harga tiket pesawat bisa ditekan, sehingga masyarakat yang ingin bepergian untuk keperluan bisnis, wisata, pendidikan, atau kebutuhan lainnya tidak terlalu terbebani oleh harga tiket yang tinggi. Dalam kebijakan ini, insentif pajak diberikan dengan cara mengurangi atau menghapus pajak yang dikenakan pada tiket pesawat ekonomi domestik, salah satunya adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Kebijakan ini tidak hanya menguntungkan penumpang, tetapi juga memberikan manfaat besar bagi maskapai penerbangan. Selama beberapa tahun terakhir, industri penerbangan mengalami berbagai tantangan, terutama akibat pandemi COVID-19 yang menyebabkan penurunan jumlah penumpang secara drastis. Dengan adanya insentif pajak ini, maskapai penerbangan dapat menyesuaikan strategi harga tiket mereka, meningkatkan daya saing di pasar, serta memperluas rute penerbangan domestik. Hal ini tentu akan berdampak positif terhadap industri penerbangan secara keseluruhan.

Dalam pelatihan pajak, pemahaman mengenai insentif pajak ini sangat penting, terutama bagi pelaku usaha dan profesional di bidang perpajakan. Insentif pajak dapat memengaruhi banyak aspek dalam bisnis, mulai dari perhitungan pajak, pelaporan keuangan, hingga strategi bisnis jangka panjang. Oleh karena itu, maskapai penerbangan dan perusahaan yang bergerak di sektor terkait perlu memahami bagaimana kebijakan ini bekerja dan bagaimana mereka bisa memanfaatkannya secara optimal tanpa menyalahi aturan yang berlaku.

Selain mendukung industri penerbangan, kebijakan ini juga berpotensi meningkatkan sektor pariwisata domestik. Dengan harga tiket yang lebih murah, masyarakat lebih terdorong untuk bepergian ke berbagai destinasi wisata dalam negeri. Hal ini akan berdampak positif pada berbagai sektor terkait, seperti perhotelan, restoran, dan industri kreatif. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan domestik, perekonomian daerah pun akan semakin berkembang, sehingga manfaat dari kebijakan ini dapat dirasakan secara lebih luas.

Baca Juga: Masa Depan Industri Tembakau di Tengah Kenaikan Pajak Rokok Elektrik

Namun, penerapan insentif pajak ini harus tetap diawasi agar kebijakan ini tidak menimbulkan celah bagi penyalahgunaan. Pemerintah perlu melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa kebijakan ini benar-benar memberikan dampak positif bagi masyarakat dan industri penerbangan tanpa mengganggu penerimaan negara. Jika kebijakan ini terbukti efektif, bukan tidak mungkin insentif serupa dapat diperpanjang atau diterapkan pada sektor lain yang juga membutuhkan dukungan fiskal.

Untuk memastikan keberhasilan kebijakan ini, edukasi mengenai perpajakan harus terus ditingkatkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui pelatihan pajak, yang bisa membantu masyarakat, pelaku usaha, dan profesional pajak memahami bagaimana kebijakan fiskal bekerja dan bagaimana cara memanfaatkannya dengan benar. Dengan pemahaman yang baik, diharapkan semua pihak dapat berkontribusi dalam menciptakan sistem perpajakan yang lebih efisien dan mendukung pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.

Melalui kebijakan insentif pajak untuk tiket pesawat ekonomi domestik, pemerintah berharap dapat memberikan stimulus bagi industri penerbangan, meningkatkan daya beli masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan implementasi yang tepat dan pengawasan yang baik, kebijakan ini bisa menjadi salah satu langkah strategis dalam mempercepat pemulihan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan yang lebih luas bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti pelatihan pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti pelatihan pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Pajak, Hibah, dan Transfer Dana: Bagaimana PMK 122/2024 Mengatur Transaksi Non-Pertukaran?

Pajak, Hibah, dan Transfer Dana: Bagaimana PMK 122/2024 Mengatur Transaksi Non-Pertukaran?

Kursus pajak dapat menjadi satu agenda wajib bagi Anda yang ingin menguasai kebijakan pajak. Sebab, dalam kelas perpajakan kursus pajak Anda akan mendapatkan materi seputar perundang-undangan pajak yang berlaku di Indonesia. Kementerian Keuangan Republik Indonesia menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 122 Tahun 2024 pada akhir tahun 2024. Dengan menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) Nomor 18 tentang Pendapatan dari Transaksi Non-Devisa, peraturan ini secara signifikan mengubah tata kelola keuangan pemerintah. Keinginan untuk meningkatkan akuntabilitas dan keterbukaan dalam pelaporan keuangan, terutama dalam transaksi yang tidak memerlukan pertukaran produk atau jasa dengan nilai yang sama, adalah hal yang mendorong tren ini.

Pendapatan pajak, hibah, kontribusi, denda, dan transfer antar pemerintah merupakan contoh jenis transaksi non-pertukaran yang umum terjadi di pemerintahan. Berbeda dengan transaksi pertukaran di mana para pihak secara langsung mendapatkan manfaat dari satu sama lain, istilah “transaksi non-pertukaran” menggambarkan keadaan di mana pemerintah memperoleh sumber daya tanpa diharuskan memberikan kompensasi langsung kepada pihak yang mengalihkan sumber daya tersebut. Pedoman yang komprehensif mengenai pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi semacam itu dalam laporan keuangan pemerintah diatur dalam PMK 122/2024.

Salah satu fitur penting dalam PMK 122/2024 adalah pengakuan aset dan pendapatan yang berasal dari transaksi non-pertukaran. Salah satu perhatian utama dalam situasi ini adalah pendapatan pajak. Pajak, sebagai sumber utama pendapatan pemerintah, diakui pada saat terjadinya peristiwa kena pajak. Sebagai contoh, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dicatat pada saat produk atau jasa kena pajak diberikan, sedangkan Pajak Penghasilan (PPh) dicatat pada saat wajib pajak memperoleh penghasilan kena pajak. Dalam PMK ini, hibah dan sumbangan juga menjadi perhatian utama. Hibah dapat berupa uang tunai, aset non-kas, atau bahkan jasa yang diberikan kepada pemerintah oleh orang pribadi atau badan lain tanpa imbalan langsung.

Menurut peraturan baru ini, hibah hanya dapat diakui sebagai pendapatan jika memenuhi kriteria tertentu, seperti adanya manfaat ekonomi masa depan yang signifikan dan nilai wajar yang dapat diukur secara andal. Sebagai transaksi non-pertukaran, pajak memiliki keunikan tersendiri karena pembayar pajak berkontribusi kepada negara tanpa menerima imbalan langsung, meskipun pada akhirnya pajak memberikan manfaat kepada masyarakat melalui layanan publik yang mereka biayai. Pemerintah mengalami kesulitan dalam menentukan nilai wajar ketika produk atau jasa diberikan, terutama ketika tidak ada nilai pasar yang dapat digunakan sebagai patokan. Oleh karena itu, untuk menjamin kebenaran laporan keuangan, pertimbangan profesional sering kali diperlukan.

Baca Juga: Reformasi Pajak Era Prabowo: Menuju Rasio Penerimaan 23% PDB

Lebih lanjut, transfer antar entitas pemerintah diatur dalam PMK 122/2024. Pemerintah pusat sering mengirimkan pembayaran ini ke daerah dalam bentuk dana perimbangan. Menurut kebijakan nasional, dana ini digunakan untuk mendorong pembangunan daerah atau upaya operasional lainnya. Karena entitas penerima tidak berkewajiban untuk memberikan kompensasi langsung kepada entitas pengirim, transfer ini dianggap sebagai transaksi non-pertukaran.

Organisasi penerima harus mengembalikan dana tersebut atau mencatatnya sebagai kewajiban hingga disesuaikan pada periode berikutnya, namun demikian, jika terjadi overstatement-yaitu ketika jumlah uang yang diterima melebihi jumlah yang seharusnya. Aturan yang berkaitan dengan penghapusan utang juga termasuk dalam PMK ini. Sebagai contoh, ketika pemerintah daerah menghapuskan utang yang dimilikinya, maka entitas pemerintah daerah mencatat penghapusan utang tersebut sebagai pendapatan. Nilai tercatat utang tersebut harus digunakan untuk menghitung jumlah utang yang dihapuskan. Laporan keuangan pemerintah daerah sangat terpengaruh oleh penghapusan utang seperti ini, terutama dalam hal peningkatan nilai aset bersih dan penurunan kewajiban yang diakui.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Kursus Pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Kursus Pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Masa Depan Industri Tembakau di Tengah Kenaikan Pajak Rokok Elektrik

Masa Depan Industri Tembakau di Tengah Kenaikan Pajak Rokok Elektrik

Training Pajak – Penerapan pajak rokok elektrik di Indonesia telah menjadi isu penting yang memengaruhi berbagai sektor, terutama industri tembakau. Seiring meningkatnya konsumsi rokok elektrik atau vape, pemerintah menerapkan kebijakan pajak yang lebih ketat untuk mengatur peredarannya. Hal ini menimbulkan berbagai dampak, baik bagi industri tembakau konvensional maupun bagi konsumen yang mulai beralih ke produk alternatif. Training pajak menjadi langkah penting bagi pelaku industri dalam menghadapi kenaikan pajak rokok elektrik, membantu mereka memahami regulasi terbaru, mengelola kepatuhan, serta merancang strategi bisnis yang sesuai dengan kebijakan fiskal pemerintah.

Industri tembakau telah lama menjadi salah satu pilar ekonomi Indonesia, dengan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan negara melalui cukai. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, tren konsumsi rokok mengalami perubahan. Kesadaran akan kesehatan serta kampanye antirokok yang semakin masif menyebabkan banyak perokok konvensional mencari alternatif yang dianggap lebih aman, seperti rokok elektrik. Perubahan ini memicu persaingan antara industri rokok konvensional dan produsen vape, sehingga pemerintah merasa perlu untuk menyeimbangkan regulasi melalui kebijakan pajak.

Kenaikan pajak rokok elektrik yang diberlakukan bertujuan untuk mengontrol penggunaannya, terutama di kalangan anak muda yang semakin banyak beralih ke produk ini. Di satu sisi, kebijakan ini dapat menguntungkan industri tembakau konvensional karena harga rokok elektrik yang lebih mahal berpotensi menghambat perpindahan konsumen dari rokok biasa ke vape. Namun, di sisi lain, tekanan pajak yang semakin tinggi juga bisa mendorong inovasi dalam industri rokok elektrik, membuat produk ini semakin berkembang dan tetap menjadi ancaman bagi industri tembakau tradisional.

Selain itu, training pajak  penting untuk pelaku industri karena regulasi yang lebih ketat terhadap rokok elektrik dapat mendorong industri tembakau untuk melakukan diversifikasi produk. Beberapa perusahaan rokok besar sudah mulai berinvestasi dalam produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan (heated tobacco products), yang dianggap lebih aman dibandingkan rokok konvensional. Langkah ini menunjukkan bahwa industri tembakau tidak tinggal diam menghadapi perubahan tren, tetapi justru melihat peluang untuk beradaptasi dengan permintaan pasar yang berubah.

Baca Juga: Regulasi Pajak Global Terhadap Aset Kripto dan Potensinya di Indonesia

Dari perspektif ekonomi, kenaikan pajak rokok elektrik juga bisa berdampak pada penerimaan negara. Selama ini, cukai rokok konvensional menjadi salah satu penyumbang terbesar bagi pendapatan pemerintah. Jika peralihan dari rokok konvensional ke rokok elektrik terus meningkat tanpa adanya regulasi yang setara, maka penerimaan negara dari cukai tembakau bisa berkurang. Dengan memberlakukan pajak rokok elektrik yang lebih tinggi, pemerintah berharap dapat menjaga keseimbangan pemasukan dari sektor ini.

Namun, tantangan terbesar dalam kebijakan ini adalah bagaimana memastikan penerapan pajak yang adil dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap industri kecil yang bergantung pada produksi tembakau. Banyak petani tembakau dan pekerja pabrik rokok yang menggantungkan hidupnya pada industri ini, sehingga perubahan kebijakan harus mempertimbangkan aspek kesejahteraan mereka.

Ke depan, masa depan industri tembakau akan sangat bergantung pada bagaimana perusahaan rokok beradaptasi dengan perubahan regulasi dan tren konsumen. Jika mereka mampu mengembangkan produk inovatif yang memenuhi standar kesehatan dan regulasi pemerintah, mereka masih memiliki peluang untuk tetap bertahan di tengah meningkatnya popularitas rokok elektrik. Namun, jika tidak ada upaya untuk beradaptasi, maka industri ini bisa mengalami penurunan yang signifikan dalam jangka panjang.

Pada akhirnya, kenaikan pajak rokok elektrik bukan hanya sekadar kebijakan fiskal, tetapi juga bagian dari dinamika besar dalam industri tembakau. Pemerintah, pelaku industri, dan konsumen perlu menavigasi atau mengetahui lebih dalam dengan training pajak agar perubahan ini dengan bijak tetap menjaga keseimbangan antara kepentingan ekonomi, kesehatan, dan keberlanjutan industri.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti training pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti training pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Reformasi Pajak Era Prabowo: Menuju Rasio Penerimaan 23% PDB

Reformasi Pajak Era Prabowo: Menuju Rasio Penerimaan 23% PDB

Brevet pajak sangat penting untuk diikuti oleh orang-orang yang membutuhkan pengetahuan tentang kebijakan perundang-undangan pajak. Bahkan brevet pajak ini biasanya diikuti oleh calon konsultan pajak. Sehingga, tidak kalah penting juga untuk mengetahui berita perpajakan yang terbaru saat ini. Presiden Prabowo Subianto menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 12 Tahun 2025, yang mengharuskan pembentukan Badan Penerimaan Negara, dalam upaya untuk meningkatkan rasio penerimaan negara terhadap PDB. Langkah ini merupakan bagian dari strategi besar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.

Tujuan dari pembentukan Badan Penerimaan Negara adalah untuk meningkatkan rasio penerimaan negara menjadi 23% dari PDB, yang saat ini berada pada kisaran 12,2%. Melalui sejumlah inisiatif strategis, rencana tersebut juga menyerukan ekstensifikasi dan intensifikasi pendapatan pajak.

Tujuan dan Sasaran Pembentukan Badan Penerimaan Negara

Optimalisasi pengumpulan pendapatan negara, khususnya dari sektor perpajakan, akan menjadi tanggung jawab Badan Penerimaan Negara. Tujuan utama dari pembentukan badan ini, seperti yang tercantum dalam cetak biru RPJMN 2025-2029, adalah untuk meningkatkan penerimaan negara hingga 23% dari PDB, memperluas basis pajak dengan meningkatkan jumlah pembayar pajak, dan meningkatkan efektivitas kebijakan perpajakan melalui reformasi kelembagaan. Pada tahun 2029, pemerintah berharap dapat mencapai tingkat kepatuhan wajib pajak sebesar 100% dalam menyampaikan SPT tahunan.

Pemerintah akan mengupayakan sejumlah inisiatif kebijakan, seperti digitalisasi administrasi perpajakan dan menerapkan sistem informasi perpajakan berbasis teknologi, untuk mencapai tujuan ini. RPJMN menetapkan tiga tujuan utama yang harus dicapai oleh Badan Penerimaan Negara dalam lima tahun ke depan: meningkatkan tingkat kepatuhan pajak hingga 100%, memperluas jumlah wajib pajak hingga 90% pada tahun 2029, dan meningkatkan skor efektivitas kebijakan penerimaan negara hingga mencapai nilai tertinggi.

Rencana untuk Meningkatkan Pendapatan Negara

Pemerintah telah menjabarkan empat rencana utama untuk meningkatkan penerimaan negara dalam dokumen RPJMN 2025-2029. Pertama, sistem informasi perpajakan inti yang terintegrasi dengan sistem informasi pemangku kepentingan terkait dengan mengimplementasikan Coretax dan integrasi sistem perpajakan. Kedua, reformasi kelembagaan dan penyederhanaan proses bisnis melalui penyederhanaan peraturan perpajakan agar lebih mudah dipahami oleh wajib pajak. Ketiga, meningkatkan tata kelola ekstensifikasi dan intensifikasi pajak, termasuk pengenaan pajak atas produk yang berdampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, serta penerapan sin tax.

Baca Juga: Dorong Ekonomi dan Investasi! Ini Manfaat Tax Allowance bagi Perusahaan

Keempat, meningkatkan kepatuhan pajak dengan meningkatkan kesadaran wajib pajak melalui pengawasan elektronik, pengawasan berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), serta program edukasi dan kepatuhan pajak. Tambahan penerimaan negara sebesar US$90 miliar per tahun, atau sekitar Rp1.464,75 triliun, adalah target Presiden Prabowo Subianto. Hashim Djojohadikusumo menegaskan bahwa Indonesia masih memiliki persentase pendapatan negara yang lebih rendah dibandingkan negara-negara lain. Kamboja memiliki rasio pendapatan negara sebesar 18%, sedangkan Vietnam 23%. Di tahun-tahun mendatang, tujuan utama Indonesia adalah menyamai rasio pajak negara-negara tersebut.

Pembentukan Badan Penerimaan Negara dan Pengaruhnya terhadap Wajib Pajak

Pembentukan Badan Penerimaan Negara berarti bahwa sejumlah perubahan akan secara langsung mempengaruhi wajib pajak. Sementara pengawasan dan hukuman tambahan akan memaksa wajib pajak untuk mencatat pendapatan mereka secara lebih terbuka, basis pajak yang lebih besar akan memperluas cakupan pajak ke sektor yang tidak terorganisir. Struktur administrasi yang lebih maju dan penggabungan teknologi digital akan semakin menyoroti peningkatan kepatuhan pajak. Layanan pajak online akan lebih mudah diperoleh oleh para wajib pajak dengan sistem yang lebih terintegrasi. Selain itu, reformasi administrasi akan meningkatkan efisiensi pajak secara keseluruhan dan mengurangi beban pelaporan pajak secara manual.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Brevet Pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Brevet Pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Regulasi Pajak Global Terhadap Aset Kripto dan Potensinya di Indonesia

Regulasi Pajak Global Terhadap Aset Kripto dan Potensinya di Indonesia

Kursus Pajak – Dalam beberapa tahun terakhir, aset kripto telah berkembang pesat dan menarik perhatian banyak investor, baik individu maupun institusi. Namun, pertumbuhan ini juga menimbulkan tantangan baru bagi pemerintah di seluruh dunia dalam hal regulasi dan perpajakan. Seiring dengan meningkatnya penggunaan kripto dalam transaksi global, banyak negara mulai memperkenalkan kebijakan pajak yang lebih jelas untuk memastikan bahwa aset digital ini tidak digunakan sebagai alat penghindaran pajak atau pencucian uang. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi digital yang pesat, juga mulai menerapkan kebijakan perpajakan terhadap aset kripto dengan harapan dapat mengoptimalkan potensi penerimaan negara.

Secara global, regulasi pajak terhadap aset kripto berbeda-beda di setiap negara. Amerika Serikat, misalnya, menganggap aset kripto sebagai properti yang dikenakan pajak atas keuntungan modal ketika diperdagangkan atau ditukarkan. Jepang dan beberapa negara Eropa juga menerapkan pajak atas transaksi kripto, meskipun tarif dan mekanismenya bervariasi. Sementara itu, beberapa negara seperti Portugal dan El Salvador menawarkan insentif pajak yang lebih ringan atau bahkan membebaskan pajak bagi pengguna kripto dalam upaya menarik lebih banyak investor dan inovasi teknologi blockchain.

Indonesia sendiri mulai mengatur pajak atas aset kripto sejak 1 Mei 2022 melalui kebijakan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Kementerian Keuangan. Pajak yang dikenakan mencakup Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh). Tarif PPN atas transaksi kripto ditetapkan sebesar 0,11%, sementara PPh final yang dikenakan pada keuntungan transaksi adalah 0,1% dari nilai transaksi. Langkah ini bertujuan untuk memberikan kepastian hukum bagi para pelaku industri kripto sekaligus meningkatkan kontribusi sektor ini terhadap pendapatan negara.

Potensi pajak dari aset kripto di Indonesia cukup besar mengingat semakin banyaknya masyarakat yang tertarik untuk berinvestasi di dalamnya. Data dari Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa jumlah investor aset kripto di Indonesia telah melampaui jumlah investor saham, yang mencerminkan minat yang tinggi terhadap aset digital ini. Dengan regulasi pajak yang lebih jelas, pemerintah dapat memastikan bahwa aktivitas perdagangan kripto berjalan secara legal dan transparan, serta meminimalkan risiko yang berkaitan dengan kejahatan finansial seperti pencucian uang dan pendanaan terorisme.

Baca Juga: Peran BBNKB dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Daerah

Selain sebagai sumber penerimaan pajak, regulasi yang tepat juga dapat mendorong pertumbuhan ekosistem blockchain dan inovasi teknologi keuangan di Indonesia. Jika pemerintah mampu menciptakan regulasi yang seimbang antara perlindungan investor dan dukungan terhadap inovasi, Indonesia berpotensi menjadi salah satu pusat industri kripto di kawasan Asia Tenggara. Beberapa langkah yang dapat diambil termasuk menyediakan insentif bagi perusahaan berbasis blockchain, memperjelas aturan perpajakan bagi individu dan perusahaan, serta meningkatkan edukasi mengenai investasi dan risiko aset digital.

Meskipun regulasi pajak kripto telah diterapkan, tantangan tetap ada, terutama dalam hal kepatuhan dan pengawasan. Banyak transaksi kripto masih terjadi di luar platform yang terdaftar di Indonesia, yang membuatnya sulit untuk diawasi dan dikenakan pajak. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, platform perdagangan kripto, serta otoritas keuangan global menjadi kunci dalam memastikan bahwa regulasi dapat diterapkan secara efektif.

Dengan berkembangnya regulasi pajak global terhadap aset kripto, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengoptimalkan potensi sektor ini. Jika dikelola dengan baik, kebijakan perpajakan yang diterapkan tidak hanya akan meningkatkan pendapatan negara tetapi juga membantu menciptakan ekosistem digital yang lebih sehat, inovatif, dan kompetitif di tingkat internasional.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Kursus Pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Kursus Pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Dorong Ekonomi dan Investasi! Ini Manfaat Tax Allowance bagi Perusahaan

Dorong Ekonomi dan Investasi! Ini Manfaat Tax Allowance bagi Perusahaan

Pelatihan pajak dapat membantu wajib pajak untuk mengelola pajak dengan lebih baik. Sebab, dalam pelatihan pajak akan mendapatkan materi tentang kebijakan perundang-undangan perpajakan. Salah satu kebijakan pajak yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia sebagai bentuk keringanan pajak adalah tax allowance. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan daya saing industri, dan menciptakan lapangan kerja. Dalam rangka mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan, pemerintah bermaksud untuk meningkatkan investasi lokal dan asing dengan menawarkan keringanan pajak untuk bisnis yang memenuhi persyaratan tertentu.

Mengenal Tax Allowance

Tax allowance adalah keringanan pajak yang ditawarkan pemerintah untuk mendorong investasi di industri tertentu. Dalam rangka meningkatkan daya saing industri dan menarik investasi lokal dan asing, insentif ini memungkinkan bisnis untuk menerima keringanan pajak, seperti penurunan penghasilan kena pajak atau perlakuan istimewa lainnya.

Jenis-Jenis Fasilitas Tax Allowance

Menurut Pasal 3 Ayat (1) PP 78/2019, wajib pajak badan yang memenuhi syarat dapat memanfaatkan empat jenis fasilitas utama tunjangan pajak berikut ini:

  • Pengurangan Penghasilan Neto: 30% dari seluruh investasi dapat dihapuskan sebagai aset tetap berwujud, seperti real estat yang digunakan untuk operasi bisnis utama. Pengurangan ini dilakukan secara bertahap, dengan tarif 5% per tahun selama enam tahun.
  • Amortisasi dan Penyusutan Lebih Cepat: Sesuai dengan aset yang diperoleh selama investasi, bisnis dapat mempercepat pengurangan pajak mereka melalui penyusutan yang dipercepat untuk aset tetap fisik dan amortisasi untuk aset tidak berwujud.
  • Tarif Pajak Penghasilan Dividen yang Lebih Rendah: dividen yang dibayarkan kepada wajib pajak luar negeri dengan tarif pajak penghasilan 10%, atau tarif yang lebih rendah sesuai dengan perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B).
  • Kompensasi untuk Kerugian yang Diperpanjang: Mengizinkan kompensasi kerugian selama lebih dari lima tahun, tetapi tidak lebih dari 10 tahun, akan meringankan beban keuangan perusahaan.

Persyaratan untuk Penerima Fasilitas Tax Allowance

Perusahaan harus memenuhi sejumlah persyaratan yang diberlakukan oleh pemerintah untuk mendapatkan fasilitas pajak penghasilan (PPh) di bawah skema tax allowance. Perusahaan yang memenuhi syarat untuk mendapatkan fasilitas ini harus memenuhi setidaknya satu dari tiga persyaratan utama yang tercantum dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah (PP) No. 78/2019.

Baca Juga: SPT di Era Digital: Coretax Menggantikan e-Filing, Simak Perubahannya!

Bisnis tersebut harus berfokus pada ekspor atau memiliki nilai investasi yang tinggi. Investasi yang besar menunjukkan dedikasi perusahaan terhadap pertumbuhan bisnis jangka panjang di Indonesia. Selain itu, bisnis yang memprioritaskan ekspor berkontribusi pada pendapatan devisa negara dan membuat produk Indonesia lebih kompetitif di pasar global.

  • Tingkat penyerapan tenaga kerja perusahaan harus tinggi: Bisnis yang memiliki kapasitas untuk menghasilkan banyak pekerjaan diberikan prioritas utama karena mereka dapat mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
  • Perusahaan harus menggunakan banyak bahan baku yang diproduksi secara lokal: Tingkat kandungan lokal yang tinggi dalam proses produksi akan meningkatkan daya saing bisnis dalam negeri, mengurangi ketergantungan pada impor, dan mendorong perluasan industri pendukung seperti manufaktur dan pertanian.

Lima Aspek Tax Allowance

Beberapa elemen kunci dari tax allowance dan dampaknya adalah sebagai berikut:

  • Bantuan untuk Individu dan Keluarga: Mengurangi Tekanan Finansial: Dengan menurunkan pajak untuk kebutuhan seperti perumahan, perawatan kesehatan, dan pendidikan, tunjangan pajak bermanfaat bagi individu dan keluarga.
  • Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi: Peningkatan Partisipasi Pasar Keuangan: Keringanan pajak memberi insentif kepada masyarakat dan bisnis untuk menanamkan uangnya ke dalam industri yang memiliki prospek pengembangan yang kuat.
  • Bantuan untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Pembebasan pajak memudahkan UKM untuk mendapatkan lebih banyak pendanaan untuk pertumbuhan perusahaan tanpa harus membayar pajak yang berlebihan.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Pelatihan pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Pelatihan pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Peran BBNKB dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Daerah

Peran BBNKB dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Daerah

Brevet Pajak – Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang berperan penting dalam membiayai pembangunan dan penyediaan layanan publik. Di antara berbagai jenis pajak daerah, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) memiliki kontribusi yang cukup signifikan dalam meningkatkan penerimaan pajak daerah. BBNKB merupakan pajak yang dikenakan atas peralihan kepemilikan kendaraan bermotor, baik kendaraan baru maupun bekas. Pajak ini menjadi sumber pendapatan yang potensial mengingat tingginya jumlah transaksi jual beli kendaraan di Indonesia setiap tahunnya.

Penerimaan dari BBNKB sangat bergantung pada jumlah kendaraan yang beralih kepemilikan serta kepatuhan wajib pajak dalam melakukan balik nama kendaraan. Dalam hal ini, pemerintah daerah memiliki peran strategis dalam memastikan kepatuhan masyarakat melalui kebijakan yang efektif. Salah satu strategi yang sering diterapkan adalah pemberian insentif berupa pengurangan atau pembebasan denda administrasi bagi pemilik kendaraan yang melakukan balik nama. Langkah ini terbukti mampu meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban pajaknya.

Selain itu, kemudahan dalam proses administrasi balik nama kendaraan juga menjadi faktor penting dalam optimalisasi penerimaan BBNKB. Pemerintah daerah bekerja sama dengan instansi terkait seperti Samsat untuk menyediakan layanan yang lebih cepat dan efisien. Digitalisasi layanan, seperti sistem pembayaran online dan aplikasi layanan pajak, turut membantu meningkatkan transparansi serta mengurangi potensi praktik percaloan yang sering menjadi kendala dalam pengurusan administrasi kendaraan. Dengan sistem yang lebih mudah dan transparan, masyarakat lebih terdorong untuk melakukan balik nama secara resmi, sehingga penerimaan pajak dari sektor ini semakin meningkat.

Tingginya transaksi kendaraan bermotor, baik baru maupun bekas, menjadi faktor utama yang membuat BBNKB berkontribusi besar terhadap PAD. Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya beli masyarakat turut berpengaruh terhadap permintaan kendaraan bermotor. Setiap transaksi jual beli kendaraan yang disertai dengan perubahan kepemilikan akan dikenakan BBNKB sesuai dengan kebijakan tarif yang berlaku di masing-masing daerah. Oleh karena itu, daerah dengan tingkat urbanisasi tinggi dan mobilitas masyarakat yang tinggi cenderung memperoleh penerimaan pajak yang lebih besar dari sektor ini.

Baca Juga: Bagaimana Cara Mengatasi Aksus Koreksi Fiskal yang Sering Terjadi?

Namun, tantangan dalam optimalisasi BBNKB tetap ada. Salah satunya adalah rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam melakukan balik nama kendaraan setelah transaksi jual beli terjadi. Banyak pemilik kendaraan yang masih menggunakan nama pemilik sebelumnya untuk menghindari biaya balik nama. Hal ini dapat berdampak pada ketidaktepatan data kepemilikan kendaraan yang berakibat pada hilangnya potensi penerimaan pajak bagi daerah. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan sosialisasi yang lebih masif mengenai pentingnya balik nama kendaraan, baik dari segi legalitas maupun manfaatnya dalam peningkatan pelayanan publik.

Pemerintah daerah juga perlu terus mengevaluasi kebijakan tarif BBNKB agar tetap kompetitif dan tidak menjadi beban yang terlalu berat bagi masyarakat. Tarif yang terlalu tinggi dapat mendorong masyarakat untuk menghindari pembayaran pajak atau mencari celah untuk menghindari proses administrasi resmi. Oleh karena itu, keseimbangan antara besaran tarif dan kepatuhan masyarakat harus selalu diperhatikan agar penerimaan pajak daerah dapat terus meningkat tanpa menimbulkan beban ekonomi yang berlebihan bagi masyarakat.

Dengan berbagai strategi yang tepat, BBNKB dapat terus menjadi sumber pendapatan yang andal bagi pemerintah daerah. Peningkatan layanan, kemudahan administrasi, serta kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban pajaknya akan membantu mengoptimalkan penerimaan dari sektor ini. Pada akhirnya, penerimaan pajak yang lebih tinggi akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Brevet Pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Brevet Pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

SPT di Era Digital: Coretax Menggantikan e-Filing, Simak Perubahannya!

SPT di Era Digital: Coretax Menggantikan e-Filing, Simak Perubahannya!

Training Pajak – Di Indonesia, menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) merupakan persyaratan penting bagi semua wajib pajak. Sehingga, wajib pajak harus memiliki pemahaman dasar terhadap kebijakan pajak. Salah satu solusinya adalah dengan mengikuti training pajak. Sebab, dalam training pajak Anda akan mendapatkan materi tentang kebijakan pajak yang berlaku di Indonesia. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan Indonesia memperkenalkan sistem baru bernama Coretax sebagai jawaban atas kemajuan teknologi dan kebutuhan untuk menyederhanakan proses perpajakan. Metode pelaporan yang ada saat ini akan digantikan oleh sistem ini, yang mulai berlaku pada 1 Januari 2025. Metode baru pelaporan SPT di Coretax yang harus Anda ketahui akan dibahas dalam artikel ini.

Apa itu Coretax?

Sebagai sistem pelaporan pajak yang lebih terdigitalisasi dan terintegrasi, Coretax bertujuan untuk memudahkan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Pengajuan SPT menjadi lebih cepat, tepat, dan transparan dengan Coretax. Di Indonesia, pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) merupakan kewajiban yang sangat penting bagi semua wajib pajak. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan Indonesia memperkenalkan sistem baru bernama Coretax sebagai jawaban atas kemajuan teknologi dan kebutuhan untuk menyederhanakan proses perpajakan. Metode pelaporan yang ada saat ini akan digantikan oleh sistem ini, yang mulai berlaku pada 1 Januari 2025. Metode baru pelaporan SPT di Coretax yang harus Anda ketahui akan dibahas dalam artikel ini.

Kapan Coretax akan Diberlakukan?

Untuk pelaporan SPT Tahunan tahun pajak 2025, Coretax secara resmi digunakan. Penting untuk diingat bahwa sistem lama, seperti e-Filing, masih akan digunakan untuk pelaporan SPT tahun pajak 2024 dan sebelumnya. Oleh karena itu, wajib pajak harus bersiap-siap untuk melakukan transisi ke Coretax pada tahun 2025.

Tahapan Pelaporan SPT dengan Coretax

Penyusunan, pengeditan, dan pengiriman adalah tiga proses utama dalam proses pelaporan SPT Coretax. Penjelasan lebih lengkap dari setiap langkah disediakan di bawah ini:

  • Pembuatan Draf SPT
  • Membuat draf SPT adalah langkah pertama.
  • Pastikan Anda mengirimkan SPT sebelum tanggal jatuh tempo.

Baca Juga: Nota Pembatalan Faktur Pajak: Solusi atas Kesalahan Perpajakan

Manfaat Coretax

Sistem Coretax memiliki sejumlah manfaat yang meningkatkan akurasi dan transparansi serta menyederhanakan proses pelaporan. Di antara manfaat-manfaat tersebut adalah:

  • Standarisasi Laporan Keuangan: Wajib pajak dapat membuat laporan dengan lebih mudah berkat format standar Coretax untuk laporan keuangan perdagangan, jasa, dan industri.
  • Digitalisasi Lengkap: Tidak perlu datang ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau menggunakan kertas untuk seluruh prosedur pelaporan, semua dilakukan secara online.
  • Akses Data yang Sederhana: SPT dan BPE yang telah dilaporkan selalu tersedia bagi wajib pajak.

Saran untuk Pelaporan SPT di Coretax

Berikut adalah beberapa panduan untuk membantu Anda memastikan pelaporan SPT Anda berhasil:

  • Persiapkan data dengan cermat: Pastikan Anda telah mengumpulkan semua informasi yang diperlukan sebelum memulai pelaporan, seperti informasi aset, laporan keuangan, dan bukti pemotongan.
  • Gunakan Fitur yang Telah Diisi Sebelumnya: Kurangi jumlah waktu yang diperlukan untuk melengkapi formulir dengan menggunakan kemampuan data otomatis Coretax untuk mengisi informasi yang sudah ada.
  • Verifikasi kembali informasi yang telah diisi: Periksa kembali SPT yang telah diisi dengan teliti setelah selesai untuk memastikan semua informasi sudah akurat dan lengkap.
  • Simpan tanda terima sebagai bukti.: Sebagai bukti bahwa Anda telah memenuhi persyaratan pelaporan pajak, simpan Bukti Penerimaan Elektronik (BPE) setelah mengajukan SPT.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti training pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti training pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Bagaimana Cara Mengatasi Aksus Koreksi Fiskal yang Sering Terjadi?

Bagaimana Cara Mengatasi Aksus Koreksi Fiskal yang Sering Terjadi?

Pelatihan Pajak – Aksus koreksi fiskal merupakan salah satu hal yang sering menjadi permasalahan bagi perusahaan dan individu yang berhubungan dengan kewajiban perpajakan. Aksus ini terjadi ketika terdapat perbedaan antara laporan keuangan perusahaan dengan kewajiban perpajakan yang harus dibayar kepada negara. Koreksi fiskal bertujuan untuk menyesuaikan antara penghitungan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak dengan aturan perpajakan yang berlaku. Jika tidak dikelola dengan baik, aksus koreksi fiskal dapat mengganggu kelancaran operasional perusahaan dan berpotensi menimbulkan masalah hukum. Oleh karena itu, penting bagi wajib pajak untuk memahami cara mengatasi aksus koreksi fiskal yang sering terjadi.

Salah satu penyebab utama aksus koreksi fiskal adalah perbedaan antara prinsip akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan perusahaan dan prinsip perpajakan yang diatur oleh otoritas pajak. Dalam akuntansi, ada berbagai prinsip dan standar yang digunakan untuk mengakui pendapatan dan biaya, seperti PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) yang berlaku di Indonesia. Namun, untuk tujuan perpajakan, ada aturan yang berbeda dalam hal pengakuan pendapatan dan biaya yang diperkenankan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Misalnya, biaya yang dibebankan dalam laporan keuangan belum tentu dapat diakui sebagai pengurang pajak sesuai dengan ketentuan perpajakan.

Untuk mengatasi aksus koreksi fiskal yang sering terjadi, perusahaan perlu memperhatikan beberapa langkah strategis yang dapat membantu mengurangi perbedaan antara laporan keuangan dan kewajiban perpajakan. Salah satu langkah pertama adalah memahami dengan baik peraturan perpajakan yang berlaku. Kewajiban perpajakan harus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh DJP, termasuk pengakuan biaya, pendapatan, dan perlakuan pajak lainnya. Selain itu, perusahaan harus mengetahui dan memahami dengan detail berbagai jenis penghasilan yang dikenakan pajak serta biaya yang dapat dibebankan dalam laporan perpajakan.

Langkah berikutnya adalah melakukan penyesuaian fiskal yang tepat. Setiap tahun, wajib pajak perlu melakukan analisis terhadap laporan keuangan dan mengidentifikasi koreksi fiskal yang perlu dilakukan. Koreksi fiskal ini meliputi penyesuaian terhadap biaya dan penghasilan yang belum diakui atau yang belum dapat dikurangkan sesuai dengan ketentuan pajak. Dalam hal ini, penting bagi perusahaan untuk bekerja sama dengan konsultan pajak atau akuntan yang berpengalaman agar proses koreksi fiskal dapat dilakukan dengan tepat. Koreksi ini bertujuan untuk memastikan bahwa perhitungan pajak yang dilaporkan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Baca Juga: Pemajakan atas Gaji Remote Worker Lintas Negara dan Apa Kaitannya dengan Training Pajak

Selain itu, perusahaan perlu melakukan pembaruan terhadap sistem akuntansi dan perpajakannya. Sistem akuntansi yang baik akan memudahkan perusahaan dalam melakukan pencatatan yang sesuai dengan ketentuan perpajakan. Pencatatan yang tepat dapat mengurangi kemungkinan kesalahan atau aksus koreksi fiskal yang terjadi. Perusahaan juga dapat menggunakan perangkat lunak akuntansi yang terintegrasi dengan sistem perpajakan, sehingga memungkinkan untuk melakukan pelaporan pajak dengan lebih efisien dan akurat.

Pengawasan dan pemeriksaan internal juga berperan penting dalam mengatasi aksus koreksi fiskal. Setiap perusahaan sebaiknya memiliki tim yang secara rutin memeriksa laporan keuangan dan perpajakan untuk memastikan bahwa semua transaksi tercatat dengan benar dan sesuai dengan aturan perpajakan. Jika ditemukan ketidaksesuaian, tim tersebut dapat segera melakukan koreksi yang diperlukan sebelum laporan pajak dilaporkan ke DJP.

Penting juga untuk melakukan pelatihan secara berkala kepada staf akuntansi dan pajak perusahaan agar mereka selalu up-to-date dengan perubahan peraturan perpajakan yang berlaku. Perubahan regulasi pajak sering kali terjadi, dan jika tidak diantisipasi dengan baik, perubahan tersebut dapat menambah kesulitan dalam melakukan koreksi fiskal.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Pelatihan Pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Pelatihan Pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.