Sejarah dan Sistem Pajak Mesir Kuno Masa Firaun, Apakah Berkaitan dengan Fenomena Saat ini?

Sejarah dan Sistem Pajak Mesir Kuno Masa Firaun, Apakah Berkaitan dengan Fenomena Saat ini?

Kursus pajak adalah metode terbaik yang dapat Anda lakukan untuk menguasai wawasan mengenai kebijakan perpajakan. Sebab, dalam kursus pajak Anda akan memperoleh begitu banyak materi perundang-undangan pajak yang berlaku di Indonesia. Namun, juga tidak kalah penting bagi Anda untuk mengetahui berita pajak terbaru atau bagaimana sejarah pajak dari belahan dunia yang lain seperti yang akan dibahas dalam ulasan berikut ini.

Purbaya Yudhi Sadewa, menteri keuangan, baru-baru ini menimbulkan kegemparan di dunia maya setelah mengakui bahwa ia terkejut dengan besaran pajak cukai tembakau (CHT). Ia bahkan menyebut kata “Firaun” karena begitu terkejutnya. “Bagaimana dengan pajak rokok?” tanyaku. Berapa rata-rata saat ini? 57%? Purbaya berkomentar, “Wow, itu benar-benar tinggi, Firaun,” seperti dilaporkan oleh Kompas.com pada Senin, 22 September 2025.

Komentar tersebut awalnya tampak seperti candaan. Namun, menyebut Firaun dalam konteks perpajakan bukanlah hiperbola. Meskipun ada hukuman berat sebagai akibatnya, penguasa Mesir kuno memang menerapkan sistem pemungutan pajak yang ketat. Dasar-dasar perpajakan Mesir, bagaimanapun, masih berlaku hingga hari ini, menurut Toby Wilkinson, pakar Mesir kuno dari Universitas Cambridge.

Mulai dari pendaftaran pendapatan dan sistem progresif hingga penggunaan pajak untuk inisiatif publik. Prinsip-prinsip dasar kemanusiaan dan peradaban tidak banyak berubah selama 5.000 tahun terakhir. Menurut buku Wilkinson, The Rise and Fall of Ancient Egypt, “Banyak strategi pemerintahan yang kita gunakan hari ini sebenarnya dikembangkan di Mesir Kuno.” Bagaimana struktur pajak pada masa itu?

Pajak sebagai Sumber Pendapatan Negara

Selama pemerintahan Firaun, Mesir Kuno termasuk salah satu masyarakat pertama yang menetapkan sistem pemungutan pajak. Menurut catatan sejarah, pajak pertama kali diberlakukan di Mesir sekitar 3.000 SM, yang merupakan waktu yang cukup lama sebelum peradaban lain seperti Mesopotamia.

Firaun pada masa itu dianggap sebagai penguasa dan manifestasi dewa di dunia. Pembangunan kanal irigasi, piramida, kuil, dan perlengkapan militer merupakan beberapa proyek negara yang pendanaannya berasal dari pajak. Pemilik tanahlah yang membayar pajak pada era Kerajaan Lama, bukan masyarakat umum. Namun, Firaun secara rutin berkeliling negara, sebuah praktik yang dikenal sebagai Shemsu Hor, untuk memastikan jumlah yang dinyatakan benar.

Pada kenyataannya, orang Mesir kuno harus melaporkan hasil panen atau penghasilan mereka. Gandum dan tanaman lain digunakan sebagai bentuk pajak bagi sebagian besar petani. Negara menyita harta milik mereka yang tidak mampu membayar, termasuk perhiasan, hewan, dan tanah. Melalui sistem corvée, rakyat diwajibkan untuk menyediakan tenaga kerja untuk proyek-proyek negara besar selain bertani. Mereka yang tidak memiliki jabatan resmi dipaksa untuk bekerja di tambang, pertanian, atau pembangunan piramida.

Baca Juga: Tips Aman dan Efektif Membayar Pajak Online serta Menjaga Keamanan Data Pajak

Pajak Progresif dan Fungsi Nilometer

Menarik untuk dicatat bahwa konsep progresivitas sudah diakui dalam sistem pajak Mesir Kuno. Ini berarti tarif pajak lebih tinggi untuk tanah yang lebih produktif yang menghasilkan panen melimpah daripada tanah yang kurang produktif. Tingkat air Sungai Nil bahkan mempengaruhi metode perhitungan pajak ini.

Orang-orang mungkin menggunakan alat yang disebut nilometer untuk memprediksi apakah banjir tahunan Sungai Nil akan menghasilkan panen yang sukses atau gagal. Sawah padi akan tergenang jika tingkat air terlalu tinggi. Ancaman kekeringan akan muncul jika tingkat air terlalu rendah. Jumlah pajak tanah kemudian dihitung menggunakan data tingkat air ini sebagai panduan.

Pelanggar Pajak Hadapi Hukuman Berat

Sistem pajak di Mesir Kuno diterapkan dengan ketat. Penghindaran pajak dapat dihukum dengan hukuman mati atau cambuk. Di bawah pemerintahan Firaun Horemheb (sekitar 1200 SM), pelanggar pajak menghadapi hukuman yang lebih berat, termasuk pemotongan hidung. Hukuman ini menjadi lebih berat di bawah pemerintahan Firaun Horemheb (sekitar 1200 SM), ketika pelanggar pajak diusir dan hidung mereka dipotong. Ide bahwa Firaun memiliki semua kekayaan Mesir diperkuat oleh hukuman yang berat ini. Masyarakat diwajibkan membayar pajak dengan menyumbangkan sebagian hasil panen mereka.

Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti Kursus Pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.

Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti Kursus Pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.

Tags: No tags

Comments are closed.