Kursus Pajak – Hasil kinerja penerimaan pajak Indonesia tahun 2024 tidak mencapai target. Penerimaan pajak yang terealisasi hingga akhir tahun adalah sebesar Rp 1.932,4 triliun, atau hanya 97,2% dari target Rp 1.988,9 triliun untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024. Statistik ini mengindikasikan kenaikan 3,5% dari tahun 2023, meskipun masih jauh dari target. Pada hari Senin, 1 Juni, temuan-temuan ini dipamerkan dalam Konferensi Pers Kementerian Keuangan. Informasi atau berita perpajakan seperti ini akan cukup penting untuk diketahui jika Anda ingin bekerja di bidang pajak. Namun, mengikuti kursus pajak juga tidak kalah pentingnya. Sebab, dalam kursus pajak tersebut Anda akan diberikan materi seputar kebijakan perundang-undangan pajak yang berlaku di Indonesia.
Menurut Anggito Abimanyu, Wakil Menteri Keuangan III, kegagalan ini sebagian besar disebabkan oleh rendahnya pendapatan pajak selama semester pertama, terutama di industri-industri utama seperti manufaktur dan pertambangan. Hasil akhir ini juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dunia dan harga komoditas yang tidak stabil. Untuk meningkatkan penerimaan pajak di masa depan, tulisan ini akan membahas hambatan utama yang dihadapi, memeriksa alasan di baliknya, dan menyarankan langkah-langkah strategis.
Kesulitan di Paruh Pertama Tahun 2024: Pengaruh Moderasi Harga Komoditas
Kuartal pertama dan kedua tahun 2024 mengalami penurunan tajam dalam penerimaan pajak. Hanya Rp 393,9 triliun yang diperoleh selama kuartal pertama, turun 8,8% dari waktu yang sama tahun sebelumnya. Dengan Rp 499,9 triliun, 7,2% lebih rendah dari kuartal sebelumnya, tren ini berlanjut di kuartal kedua. Rendahnya profitabilitas industri pertambangan batu bara dan pengolahan kelapa sawit menjadi penyebab penurunan ini. Menurut data, moderasi harga komoditas global tahun 2023 telah berdampak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan, yang pada akhirnya berdampak pada penerimaan pajak penghasilan (PPh) badan.
Pemulihan Semester Kedua: Fungsi Sektor Transaksional dan Industri
Meskipun diawali dengan awal yang penuh tantangan, penerimaan pajak mulai meningkat di semester kedua. Pajak transaksional seperti PPN impor, PPh Pasal 22 impor, dan PPh dalam negeri merupakan penyebab utama pertumbuhan ini. Pendapatan meningkat lebih signifikan pada kuartal keempat, naik 20,3% dari tahun ke tahun menjadi Rp 577,6 triliun. Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya aktivitas ekonomi di sektor industri, asuransi, perbankan, dan perdagangan. Anggito melanjutkan bahwa kinerja penerimaan pajak secara keseluruhan juga didukung oleh meningkatnya profitabilitas industri pertambangan tembaga.
Baca Juga: Tidak Bayar Pajak Meski Punya NPWP? Ini Sanksi dan Solusinya
Hambatan dan Solusi yang Diperlukan
- Pengaruh Perubahan Harga Komoditas: Kinerja penerimaan pajak sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dunia, terutama perubahan harga komoditas. Penerimaan pajak dari industri pertambangan dan manufaktur telah terdampak secara signifikan oleh penurunan harga batu bara dan minyak kelapa sawit. Menurut studi Bank Pembangunan Asia tahun 2023, negara-negara yang ekonominya bergantung pada ekspor komoditas sering mengalami kesulitan seperti itu. Solusinya, salah satu elemen penting dalam mengurangi ketergantungan pada sektor komoditas adalah diversifikasi ekonomi.
- Pembatasan Pertumbuhan Basis Pajak: Potensi yang sangat besar di sektor informal belum sepenuhnya dimanfaatkan, dan struktur pajak saat ini cenderung mengandalkan sektor formal. Menurut perkiraan Bank Dunia pada tahun 2024, sektor informal di Indonesia menyumbang lebih dari 50% PDB Indonesia, namun hanya menyumbang sedikit sekali terhadap penerimaan pajak. Solusinya, untuk memasukkan sektor informal ke dalam sistem perpajakan, pemerintah harus membuat kebijakan yang inklusif. Beberapa contoh dari kebijakan-kebijakan ini termasuk rencana pajak dasar dan insentif untuk pemilik usaha kecil dan mikro.
Untuk menjadi seorang ahli pajak, Anda harus memiliki pengetahuan mendalam terkait pajak. Dan salah satunya adalah dengan mengikuti kursus pajak. Tax Academy adalah tempat yang tepat untuk Anda memulainya. Karena di tempat ini merupakan langkah tangga pertama kesuksesan Anda sebagai seorang Expert di bidang industri perpajakan.
Tax Academy menawarkan metode pembelajaran yang mudah dan memiliki jaringan profesional. Beberapa metode tersebut diantaranya adalah Video Learning, Interactive Learning, dan juga Hybrid Learning. Akademi perpajakan yang satu ini dikelola oleh profesional dari WiN Partners yang mengelola berbagai bidang pajak dengan kantornya di Surakarta, Medan dan juga Batam. Hubungi kami sekarang juga untuk Anda yang ingin mengikuti kursus pajak dan menjadi Expert di bidang pajak.